Minggu, 22 Februari 2009

Agama di Tengah-tengah Masyarakat Maiemuk

Agama bukanlah sesuatu yang asing bagi kemanusiaan dengan segala persoalannya. Karena apa pun bentuknya agama sangat erat hubungannya dengan manusia. Ia bukan agama kalau tidak manusiawi. Ia dibentuk dan dilembagakan oleh manusia tetapi substansinya serta ajaran-ajarannya tidak bisa dilepaskan dari manusia sebab ajarannya bersumber dari Tuhan. Agama tidak hanya berbicara soal hubungan antara Allah dan manusia, tetapi juga soal hubungan antara manusia, bahkan dengan seluruh ciptaan Allah. Karenanya agama pun menjadi panduan bagi umat manusia bagaimana ber-Tuhan dan bermasyarakat. Bagaimana kita memperlakukan sesama adalah gambaran dari bagaimana kita berkomunikasi dengan Tuhan. Karenanya agama tidak boleh dipaksakan untuk dianut oleh orang lain.
Pada prinsipnya tidak ada satu pun agama di dunia ini yang mendukung ketidakadilan yang terjadi di antara umat manusia. Tidak ada satu agama pun yang memberi rekomendasi bagi para penganutnya untuk menggunakan kekuasaan yang dimiliki atau menyalahgunakan potensi yang dimiliki dalam sebuah masyarakat. Lebih jauh lagi bahwa tidak ada satu agama pun yang dalam ajarannya melegitimasi kesenjangan sosial, kerusuhan dan ketidakadilan dll. Semua agama mengajarkan hal-hal yang membawa kesehjateraan bagi umat manusia. Karenanya memang semua agama harus mampu saling merangkul, apalagi di tengah masyarakat majemuk seperti bangsa dan Negara Indonesia.
Memang persoalannya adalah, bukankah ketidakadilan itu adalah juga akibat tindakan orang yang beragama? Bukankah penyelewengan jabatan, korupsi dan penipuan itu adalah dilakukan oleh orang yang beragama pula? Bukankah yang miskin dan yang kaya itu adalah orang beragama? Lalu pertanyaan pun muncul: “Apa hubungan agama dengan kenyataan semacam itu ?” atau “Bagaimana orang yang beragama melihat dan mencermati kenyataan semacam itu?" .
Mungkin ada yang beranggapan bahwa agama tidak memiliki hubungan apa-apa dengan kenyataan sosial seperti itu. Mungkin ada anggapan seolah-olah agama tidak memiliki hubungan apa pun dengan realitas sosial. Atau mungkin agama dianggap hanya bersangkut-paut dengan soal-soal ketuhanan saja atau soal-soal kerohanian saja. Mungkin ada juga
yang beranggapan bahwa agama hanya mempersoalkan hal-hal yang terkait dengan akhir zaman saja.
Agama tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Agama tidak boleh tidak dihubungkan dengan pembicaraan mengenai hubungan manusia dengan Allah dan juga hubungan manusia dengan manusia. Hubungan ini bukan hanya membangun hubungan yang harmonis tetapi juga membangun kesadaran dan tanggungjawab. Tanggungjawab manusia kepada Allah dan tanggungjawab manusia kepada manusia. Karenanya, kepedulian agama
atas persoalan-persoalan kemanusiaan menjadi agenda utama setiap pemikiran dan tindakan yang dikembangkan oleh agama. Kondisi-kondisi kemanusiaan seperti keadilan, keprihatinan, keutuhan masyarakat, kedamaian, kebersamaan dan kesejukan menjadi tugas utama agama untuk dihadirkan ditengah-tengah masyarakat, dikalangan pengusaha, birokrat, penguasa, konglomerat, politisi dan juga rakyat biasa yang sekali pun berbeda agama. Kehidupan seperti itulah seharusnya nampak di dalam kehidupan orang yang beragama, yaitu DAMAI dan RUKUN.
Persoalan yang sering dihadapi adalah: Mengapa penganut sering melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agamanya? Di sinilah pentingnya memberi perhatian kepada ajaran agama itu sendiri. Agama perlu dilihat bukan semata-mata berisikan tumpukan larangan atau hukum terhadap perbuatan-perbuatan yang tidak benar, tetapi merupakan pendorong, pemberi inspirasi positif dan yang melaluinya manusia lebih dimungkinkan untuk percaya diri. Hal ini berarti percaya pada diri sendiri yang memiliki kemampuan untuk berbuat baik dan juga percaya bahwa orang lain pun mampu berbuat baik sebagai tanggungjawab kepada Tuhan dan sesame manusia. Pada saat seperti inilah, agama yang satu dapat belajar juga dari agama yang lain. Kita sendiri harus mampu mensyukuri perbuatan baik dari agama lain.
Dalam kaitan diatas, ada beberapa catatan penting:

  1. Perlu memahami peran sejarah yang telah dilakukan oleh agama untuk menolong dan sebagai pembanding yang setia bagi masyarakatnya. Agama sangat berperan di tengah-tengah masyarakat dan ini harus dihargai. Hal ini pun termasuk menghargai peranan agama lain, Dalam bangsa dan Negara yang majemuk ini siapa pun dia harus melihat bahwa peranan agama-agama memang sangat nyata dalam membangun kehidupan baik spiritual maupun moral masyarakat.
  2. Kita juga harus mampu menghargai perbedaan yang ada. Perbedaan bukan dengan sendirinya sebuah awal dari perlawanan dan permusuhan. Agama-agama berbeda karena sejarah manusia memang berbeda. Umat manusia diciptakan Tuhan tidak sama makanya ada perbedaan dan perbedaan itu pun seharusnya tidak menjadi persoalan.
  3. Pada pihak lain kita perlu kritis terhadap penampilan agama-agama, termasuk agama yang kita anut sendiri, siapa tahu di dalamnya telah ada sikap dan perilaku yang telah merugikan masyarakat serta yang mengancam kesatuan masyarakat. Karena memang tidak dengan sendirinya agama mampu melakukan fungsi integrative, malahan boleh jadi agama terperangkap sehingga tidak member kontribusi kepada kesatuan dan persatuan.
Sering terjadi agama-agama terbawa arus kepentingan kelompoknya sehingga tidak memberikan kontribusi kepada rekonsiliasi malah menjadi sumber konflik. Ini yang harus dihindari secara serius agar agama tidak terseret kepada posisi diperalat untuk kepentingan tertentu.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

RE: Keluhan dan Padang
Dikirim oleh : Obrin B. Lumbantoruan
Alamat : Bekasi
Anggota Gereja : JJKBP Kelapa Gading
Tanggal Kirim : 2/24/2004 11:59:12 AM
Email : obrin_bJ@yahoo.eoxu
Salam dalam Kasih Kristus, Saya sangat sedih dan geram mendengar keluhan yang dialami oleh
saudara Frenky mi. Memang hal yang seperti ini.in menadi kendala di “halak hita — HKBP dalam bermasyarakat, sehingga menjadi si sogo terhadaptetan. Masih syukur saudara Frenky mi menyampaikan keluhannya dengan cara menulis, bagaimana jika seandainya dia orang non Kristen, dan menanggapi gangguan yang j dia terima dengan melempari gereja, atau mengajak penduduk iainnya untuk memblokir gereja tersebut?. Janganlah kita hanya $j menyalahkan orang lain jika mereka bertindak anarkis, jika itu muncul akibat kelakuan kita.
Sebagai gararn dan terang itulah yang diamanatkan oleh Kritus

Anonim mengatakan...

Mengutip kekhawatiran alm. Pdt. Dr Warneck, yang dikatakan oleh Sekjen Simarmata tgl 16 Sept 2005 " Jangan sampai KEKRISTENAN kita ditelan oleh adat itu sendiri" walaupun HKBP sangat dekat dgn adat Batak.