Kamis, 11 Desember 2008

Pdt WTP Simarmata : Jajaran Bank Sumut Dapat Berubah Mengarah Kepada Akal Budi

Medan (SIB)
Perayaan Natal Keluarga Besar PT Bank Sumut bersama para pensiunan dan mitra kerja berlangsung hikmat di Convention Hall Hotel Danau Toba Internasional Jalan Imam Bonjol Medan, Sabtu malam (6/12).
Hadir dalam acara itu Ketua I PGI Wilayah Sumut JA Ferdinandus, AN Sidauruk, Ir Edward Sitorus Pemimpin BI Medan diwakili Kabid Ekonomi dan Moneter BI Medan Maurids Damanik, mewakili Polda Joko S, mewakili nasabah AKBP Roslinda Sianturi.
Pdt WTP Simarmata dalam khotbah Natalnya meminta agar jajaran Keluarga Besar PT Bank Sumut dapat melakukan perubahan bukan secara lahiriah, tapi seluruh aspek hidup, eksistensi dan keberadaan hidup.
Berubah kata Ketua PGI Wilayah Sumut yakni melalui kelahiran kembali yang mengarah kepada perubahan akal budi. Berbicara tentang akal budi agak filosofis dan intelektual.
Tapi, tegasnya, membangun bangsa harus dimulai dari kepala. Kalau cerdas akan gampang menyelesaikan persoalan, tantangan dan kepahitan.
Lihat di Malaysia, papar Simarmata, membangun kepala lebih banyak biaya pendidikan. Di Brazil pertaniannya luar biasa.
“Jadi bangunlah akal budi, sebab dunia akan diperbaiki dengan baik. Sesuai thema Natal ‘Berubahlah oleh Pembaharuan Budimu yang berkenan kepada Allah yang Sempurna,” tegasnya.
Simarmata memberi contoh perubahan seperti ular meskipun bertukar kulit namanya tetap ular. Berbeda dengan kepompong berubah menjadi kupu-kupu yang cantik diuber anak-anak karena indah.
“Jadi pilihlah perubahan yang indah dan berubahlah oleh akal budimu yang membutuhkan norma-norma yang berpatokan pada kehendak Allah,” imbuhnya.
Natal dengan kelahiran Yesus Kristus ini hendaknya memberi kemampuan memperbaharui diri untuk memilih kehendak Allah. Berubah atas kuasa Allah dan yang mampu melakukan perubahan sebenarnya adalah Tuhan Yesus dengan rohnya.
Dikatakannya, ada budaya baru bahwa Natal ini merupakan sebuah janji iman dan komitmen, kinerja baru. Karyawan Kristen harus lebih disiplin, bermoral, memegang komitmen, lebih bertanggung jawab apa yang diembannya. Berubalah dengan tekad dan janji iman karena hidup kita adalah ibadah kepada Tuhan Yesus.
Dia juga menyinggung kemiskinan yang katanya perlu diperbaiki dengan adil. Kita dapat merasakan bagaimana rumitnya kalau kemajemukan tidak kita kelola dengan baik dan adil, diyakinnya bangsa kita ini akan mengalami hal-hal rumit.
Menurutnya, Bank Sumut telah berperan melawan kemiskinan, karena itu mari kita berdoa agar bank ini menjadi berkat bagi orang miskin. Artinya Bank Sumut jadi alat untuk kemakmuran agar semakin banyak orang-orang termasuk orang miskin banyak menikmati anugerah.
“Kita yakin Bank Sumut menghargai kemajemukan sebab itu adalah pemberian Tuhan bagi kita, tegasnya sambil menyebutkan Yusuf penerima Nobel mampu melawan kemiskinan dengan memberi pinjaman dana dengan uangnya sendiri kepada banyak orang.
Mengenai pelayanan, kata Simarmata, Bank Sumut cukup baik. Sebab, ketika dia menjadi Sekjen HKBP selama 10 tahun dan Ketua PGI 10 tahun, tetap menjadi nasabah Bank Sumut. Semua dilayani dengan baik. Diharapkan Bank Sumut ke depan semakin sukses.
GUBSU
Sementara itu Gubsu diwakili Asisten Pemerintahan Umum Hasiholan Silaen SH dalam sambutannya antara lain mengucapkan terima kasih banyak kepada Bank Sumut yang banyak membantu saudara-saudara kita yang kekurangan. Ini karena Yesus lahir di tempat yang sangat sederhana dan lahir membawa perubahan dunia.
Melalui Natal ini, Gubsu berharap, Bank Sumut dapat mencerminkan rasa kebersamaan dan persaudaraan. Kita harus bisa meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan dan pencerahan sesuai ajaran agama yang hakiki. “Natal pertanda sukacita bagi umat Nasrani karena kelahiran Yesus Kristus di suatu kota kecil. Ia datang untuk menjadi teladan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, imbuhnya.
Pemimpin BI Medan diwakili Maurids H Damanik dalam sambutannya antara lain mengatakan, Bank Sumut tidak mau kalah dengan Presiden AS terpilih yang melakukan perubahan.
“Kalau AS bisa berubah secara drastis tentunya BI juga berharap perubahan itu akan merasuk pada Bank Sumut, tegasnya.
Dikatakannya, Bank Sumut berhasil keluar dari krisis. Krisis tidak ada lagi ditengah-tengah bank. Diharapkan bank ini semakin berperan dengan ekonomi rakyat, sehingga bisa berkiprah menjadi bank devisa yang dapat memberi pelayanan ditengah kehidupan berbangsa.
Dengan semangat kebersamaan antara BI dengan perbankan akan bisa memberikan kontribusi terbaik bagi Gubsu dan dewan lainnya.
Usai acara kebaktian dilanjutkan dengan acara hiburan dihadiri Direktur Umum M Yahya didampingi Direktur Pemasaran Bank Sumut Zenilhar, Dewan Komisaris Prof Bachtiar Hassan Miraza dan Nyonya Naya Miraza. (M8/v)

Minggu, 30 November 2008

Sesalkan dan Merasa Ngeri Atas Perbuatan Guru di Tapteng Memaksa Muridnya Melakukan Oral Sek

Pematangsiantar (SIB)

Ketua Umum PGI (Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia) Wilayah Sumut Pdt Willem TP Simarmata MA di Pematangsiantar, Kamis (20/11) mengatakan, sangat menyesalkan dan merasa prihatin atas ulah bejad Erwin Ronaldo, guru di Tapanuli Tengah, Sumut yang diduga memaksa murid perempuan yang berada dalam asuhannya melakukan oral seks di depan kelas.
Hal itu disampaikan menanggapi pemberitaan SIB, Kamis (20/11) berjudul “Oral seks guru di Tapteng, Mendiknas dan Menag akan dipanggil DPR”. Tegasnya, tindakan/perbuatan guru yang diduga melakukan oral seks dengan memaksa muridnya yang masih di bawah umur sudah jelas melanggar hukum dan tata susila serta nilai-nilai moral, apalagi nilai agama.
Karenanya, menurutnya Bupati Tapteng sebagai kepala daerah harus bertindak secepatnya untuk menindaklanjutinya supaya tidak semakin banyak tanggapan yang berbeda tentang hal itu. Untuk itu pembinaan terhadap guru harus terus dilakukan, sebab tugas dari guru tidak saja mewariskan ilmu pengetahuan tapi juga budi pekerti moral dan perilaku yang baik.
Sebab, ternyata si guru yang diduga memaksa muridnya melakukan oral seks, sudah tidak mewariskan yang baik kepada anak-anak didiknya, bahkan sudah memberikan contoh yang tak baik dengan merusak masa depan anak-anak (muridnya). Karenanya, sebagai seorang pendeta dan ketua umum PGI Wilayah Sumut, patut sangat menyesalkan perbuatan guru yang diduga memaksa muridnya di depan kelas untuk melakukan oral seks. Tegasnya, setelah membaca beritanya di koran, terus merasa ngeri atas peristiwa tersebut.
Dikatakan, sanksi atau hukuman apa yang nantinya dijatuhkan kepada oknum pelaku, tentu ada undang-undang dan kode etik yang mengatur tentang hal itu dan hal itu sebaiknya kita serahkan saja kepada aparat penegak hukum.
Dikatakan, kita juga menyampaikan terimakasih atas sikap keluarga korban yang sudah mengadukan peristiwa kepada polisi, karena hal itu merupakan suatu tindakan yang sangat tepat dan biarlah aparat kepolisian yang mengusutnya hingga tuntas, kata Pdt WTP Simarmata MA. (S1/c)

Pdt MD Wakkary: Natal Punya Kekuatan Luar Biasa Mempersatukan Perbedaan Umat

Medan (SIB)

Panitia Pelaksana Natal Umat Kristiani Sumut 2008 dilantik Ketua Forum Komunikasi dan Konsultasi Gerejawi Sumatera Utara (FKKGSU) Pdt WTP Simarmata, MA di Grand Liberty Club, Sabtu (8/11). Pelantikan itu dilakukan sederhana dihadiri sejumlah pimpinan gereja dari beberapa denominasi gereja, tokoh-tokoh umat Kristen lintas profesi, parpol dan ormas.
Kepengurusan inti panitia Natal tahun 2008 dipimpin Ketua Umum Ir GM Chandra Panggabean, Sekum Pdt Dr Elim Simamora, MTh dan Bendahara Ir Mangantar Tambunan dikukuhkan dengan SK Nomor: 09/SKep/FKKGSU/XI/2008.
Ketua Umum FKKGSU Pdt WTP Simarmata, MA saat melantik panitia mengatakan, untuk pelaksanaan tahun 2008 dipercayakan kembali kepada Ir GM Chandra Panggabean dan kawan-kawan, karena pelaksanaan Natal tahun 2007 lalu dinilai cukup sukses mempersatukan seluruh pimpinan gereja dan seluruh unsur umat Kristiani baik tokoh politik lintas partai politik, pengusaha, aparatur pemerintah dan swasta maupun masyarakat di seluruh Kabupaten/Kota Sumatera Utara.
Natal Umat Kristiani Sumut yang kedua tahun ini katanya akan dilaksanakan di Desa Silangit, Siborong-borong Tapanuli Utara, tanggal 27 Desember 2008 dengan thema Hiduplah Dalam Damai Sejahtera dengan Semua Orang. Meski dilaksanakan di daerah kecil namun diharapkan sukacita Natal, kedamaian serta semangat kebersamaan umat Kristiani bisa dibangun dan digaungkan ke seluruh daerah di Sumut maupun Indonesia.
Para pimpinan gereja lintas denominasi dan aliran di Sumut yang tergabung dalam FKKGSU, kata Simarmata melihat situasi sosial, politik dan ekonomi di tahun 2008 ini membuat tantangan dan kendala lebih berat dibanding tahun 2007. Namun ia berharap dengan kepengurusan panitia yang memberi hati, jiwa, tenaga dan pikirannya untuk kemuliaan Tuhan, maka kendala-kendala itu akan bisa dihadapi dengan baik apabila seluruh ide dan pendapat dipersatukan dan seluruh pimpinan gereja akan siap memberi dukungan.
Acara pelantikan diawali kebaktian singkat yang dibawakan Pdt HJ Hutauruk, STh dengan pengkotbah Pdt DR MD Wakkary dan doa penutup Bishop GPP Pdt DR JH Manurung,MMin.
Dalam kotbahnya yang singkat namun bernas Pdt MD Wakkary kembali mengingatkan kepada seluruh umat Kristiani dan khusus panitia bahwa Natal itu punya kekuatan luar biasa untuk mempersatukan segala perbedaan umat. “Melalui Natal kita tunjukkan bagaimana segala elemen dan unsur jemaat Kristen yang ada di Sumut menjadi satu. Kita harus tunjukkan pada Natal ini bahwa kita itu semuanya satu tujuan memuliakan nama Tuhan Yesus Kristus,” katanya.
Power Of Christmas
MD Wakkary lebih lanjut menjelaskan, Natal itu membawa kabar baik dan sukacita kepada seluruh umat tentang Yesus Kristus. Di dunia informasi melalui media ada istilah good news is a bad news artinya kabar baik bisa saja tidak baik bagi orang lain.
Dewasa ini katanya di media-media begitu banyak berita-berita yang mencemaskan atau bad news bagi semua orang seperti goncangan ekonomi, sosial politik hingga bencana alam. Karena dunia sekarang ini unpredictable atau situasi yang tidak terduga karena banyak peristiwa-peristiwa yang mengagetkan semua pihak seperti goncangan politik, ekonomi hingga bencana akibat kejadian alam. “Tapi Natal itu selalu datang membawa kabar baik atau good news, gospel bagi seluruh umat di dunia. Panitia pun harus bisa membawa kabar baik tentang kelahiran Kristus,” katanya.
Panitia lanjut Wakkary, harus rela berkorban tenaga, pikiran, waktu dan materi dengan perasaan sukacita sehingga panitia bisa menjadi awal dari cerminan kesuksesan kabar baik itu sehingga membawa sukacita bagi umat Kristiani di Sumut. Ia pun mengingatkan, kepanitiaan diisi banyak tokoh dan figur yang ikut dalam kepengurusan sehingga akan memunculkan banyak ide dan pendapat sehingga seluruh perbedaan itu pun harus dikelola dengan baik untuk suksesnya pelaksanaan Natal itu sendiri.
“Di Thailand, itu umat Kristen tidak banyak tapi suasana saat Natal penuh sukacita. Kita juga pernah jalan ke negara Qatar yang mayoritas muslim. Namun di negara itu saya lihat ada pohon Natal yang termasuk paling tinggi di dunia. Nanti pun, ada terang dan sukacita yang dipancarkan dari daerah kecil di Siborong-borong ke seluruh umat Kristiani di Sumatera Utara,” katanya.
MD Wakkary secara khusus memberi apresiasi kepada panitia yang sukses melaksanakan Natal perdana umat Kristiani Sumut tahun 2007 lalu di Stadion Teladan Medan yang dinilainya cukup sukses membangun semangat persatuan dalam keberagaman umat Kristiani. “Mudah-mudahan panitia Natal 2008 diberikan roh sukacita dan kebenaran agar Natal sukses membawa kabar baik dan sukacita kepada seluruh umat Kristiani di Sumut dan Indonesia,” katanya.
Siap Mengemban Tugas
Ketua Umum Panitia Natal Ir GM Chandra Panggabean mengatakan, amanat yang disampaikan kepada panitia untuk memfasilitasi perayaan Natal umat Kristiani tahun 2008 kali ini juga merupakan tanggungjawab yang harus diemban panitia dengan sukacita dan kerelaan hati. Unsur panitia katanya diupayakan melibatkan seluruh unsur masyarakat Kristiani dari berbagai profesi, parpol, aparatur hingga para pendeta mewakili denominasi. Sehingga kepanitiaan benar-benar tidak ada tendensi kepentingan apapun selain memfasilitasi perayaan Natal masyarakat Sumut yang sekaligus bisa membangun kebersamaan dan persaudaraan tanpa memandang perbedaan.
FKKGSU katanya memilih tempat untuk perayaan Natal 2008 ini di Siborong-borong sesuai ide awal pelaksanaan perayaan Natal umat Kristiani dilaksanakan di lokasi yang berbeda secara bergiliran.
Pelantikan itu dihadiri antara lain dihadiri kalangan umat Kristiani dari berbagai unsur, profesi, partai politik, lintas etnis hingga kalangan wanita gereja di Sumut antara lain Ketua PGPI Sumut Pdt Paul F Wakkary, Dr Binsar Situmorang, MSi, Drs Gandhi Tambunan, Jhon Eron Lumbangaol, Ir Hasudungan Butar-butar, Tiandi Lukman, NP Manurung, Drs Monang Simorangkir, Ir Walsen Napitupulu, Binsar M Simanjuntak, Pdt P Silaban, Ronald Naibaho, Gelmok Samosir, Jumongkas Hutagaol, Ny GM Chandra Rooslynda br Marpaung, Ny Nelson Matondang Ria br Hutabarat, Sumi Hartati, Bukit Tambunan, PN Manurung, Jansen Hutagalung, WL Sihombing, Rusdi, Merlyn Simanjuntak, St Drs M Hutagaol, Japansen Sinaga, Pdt Budi S, M Sianturi, Horas Pasaribu, Andreas Soenarjojo, SM Simarmata, M Sianturi, J Siburian, Effendi Manullang, Pdt NP Sitorus,MA, Rico Naibaho, Dr Simon Harianja, Juhal Siahaan, Pdt Rulhana T, Osberth Sinaga, Ny Nelly, Lambok Siahaan, KCT Siantui, Pt Prof Datumira Simanjuntak,SH, Lecy Tobing, Joan Berlin Damanik, Drs Gregorius Marbun, Pdt DL Simatupang, Wati Simamora, Sahala B Sitompul, Ir W Pane,MSc, Maju Rajagukguk, Ny Luciana Wakkary, JA Ferdinandus, Pdt Sahat Hutasoit dan P Simbolon dan banyak lainnya.(M-17/d)


Harian SIB

Jumat, 28 November 2008

PGI Wilayah Sumut Tolak Pengesahan UU Pornografi

Medan (SIB)
Persekutuan Gereja-gereja Indonesia Wilayah Sumut tolak pengesahan Undang-undang Pornografi dan harus dipikir ulang. Hal itu disampaikan Ketua PGI Wilayah Sumut Pdt WTP Simarmata MA usai berkotbah pada Puncak Kebangunan Iman Paduan Suara Solideo II, Minggu (12/10) di HKBP Bethesda Resort Medan Sunggal Jalan Sei Asahan Medan.
“Pengesahan Undang-undang Pornografi harus dipikir ulang oleh yang berwewenang (DPR dan Pemerintah) dan harus menerima pokok-pokok pikiran dari lembaga-lembaga swadaya masyarakat, gereja-gereja maupun semua institusi lainnya,” ujarnya.
Menurutnya sesuatu yang tidak mungkin, pemerintah sampai mengatur secara teknis mengenai gambar atau buku yang dibaca oleh masyarakat. Kalau itu disahkan maka itu akan mengebiri kebebasan dan kalau dipaksakan akan mengurangi kebebasan berpikir dan berkarya dari kemanusiaan yang sesungguhnya dibawa lahir sesuai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kalau ada yang mau dijaga karena soal moral dan lain-lain, disalahgunakan dan lain-lain maka yang terpenting dilakukan adalah pendidikan moral, budi pekerti, di sekolah-sekolah, lingkungan dan keluarga.
Mengkonsumsi pornografi tidak mungkin dilarang karena melalui situs internet sudah sangat merajalela dan anak-anak remaja pemuda dan orang tua secara bebas dapat mengaksesnya. Jadi kalau di sini dilarang tapi internet terbuka maka itu juga sesuatu yang tidak pas. Kita juga harus melihat perkembangan meluasnya pornografi harus diselidiki sumbernya, tidak mungkin anak-anak atau remaja yang mengedarkan foto-foto kalau tidak ada yang membeking.
Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri yang baru dilantik beberapa waktu lalu secara tegas menyampaikan komitmen Polri untuk melawan judi, illegal logging, dan PGI berharap Kapolri juga menjadikan beking dari beredarnya foto-foto pornografi sebagai sasaran utama.
WTP Simarmata yang didampingi Pdt S Pasaribu saat melakukan konferensi pers itu menyampaikan bahwa membangun moral bukan dengan menerbitkan Undang-undang Pornografi tapi dengan melakukan pendidikan budi pekerti dan moral.
PGI Sumut berpendapat bahwa UU Pornografi belum waktunya disahkan dan masih ada waktu memikirkannya, Kedua pemerintah harus memikirkan prioritas utama yaitu melawan kemiskinan dan membangun kerukunan atas kemajemukan yang ada.
PGI mengarahkan agar pemerintah dan DPR fokus untuk melawan kemiskinan dan mempertahankan kerukunan.
PGI akan melakukan pertemuan dengan pimpinan-pimpinan gereja untuk melakukan sosialisasi sehingga memiliki pemahaman yang sama dan pemahaman itu disampaikan kepada masyarakat.The Christian Conference of Asia (Dewan Gereja Asia) telah menugaskan Ketua PGI Wilayah Sumut untuk mengundang pimpinan gereja dan anggota dewan gereja untuk melakukan evaluasi terhadap kehadiran gereja-gereja Asia dan melihat urgensi dari Undang-undang Pornografi. Apa pentingnya UU Pornografi, apakah akan berdampak pada kemakmuran rakyat atau ekonomi rakyat lebih baik dan apa yang didapat rakyat kalau UU Pornografi disahkan adalah sesuatu yang sangat penting. Kegiatan yang akan digelar PGI Wilayah Sumut adalah untuk memperbaiki ekonomi, membangun kemajemukan sebagai pemberian Tuhan kepada kita sebagai bagian dari penciptaan dan martabat kemanusiaan kita. (M15/d)

Jumat, 31 Oktober 2008

25 Tahun Kependetaan


(harian SIB)

Selasa, 14 Oktober 2008

Perayaan Kebangunan Iman PS Solideo Mengajak Umat Kristen Menemukan Kemuliaan Allah

Pdt. WTP Simarmata, MA Ikuti Konsultasi 6 Tokoh Gereja se-Dunia di Jeneva



Jumat, 10 Oktober 2008

Panitia Natal PWI Sumut 2010 Terbentuk

Panitia Natal PWI Sumut 2010 Terbentuk

sumber http://hariansib.com pada tanggal 7 Oktober 2010

Medan (SIB)
Panitia Perayaan Natal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sumut terbentuk. Rapat pembentukan Panitia Natal yang dilaksanakan di Gedung PWI Cab Sumut, Sabtu (2/10), dihadiri Ketua PWI Cab Sumut Drs M Syahrir, Wakil Ketua Zulkifli Harahap, Zul Ali Marbun, dan Panitia Pengarah Manapar FT Simanulang. Sedang pelaksanaan Natal ini direncanakan Sabtu, 11 Desember 2010.
Ketua PWI Cab Sumut Drs M Syahrir mengatakan, pelaksanaan perayaan Natal tahun 2010 ini, selain mendekatkan diri kepada Tuhan, yang dijadikan sebagai alat perekat kekeluargaan di kalangan PWI. Dengan adanya perayaan Natal ini rasa kebersamaan di tengah keluarga besar PWI terus semakin terjalin dengan baik tanpa membeda-bedakan agama, etnis, kelompok dan standart sosial.
“Mari kita tingkatkan rasa kesetiakawanan, solidaritas, walaupun sesama wartawan berbeda kepercayaan,” ujar M Syahrir seraya mengatakan PWI Cab Sumut mendukung sepenuhnya kegiatan perayaan Natal ini. Untuk itu jangan disia-siakan kesempatan ini, perbuatlah kegiatan Natal ini menjadi sumber kasih yang dapat dirasakan semua orang, khususnya bagi orang yang kurang mampu.
Sementara itu, Ketua Panitia St Drs Jumian Situmorang mengucapkan terimakasih kepada Ketua PWI Cab Sumut atas dukungannya yang begitu besar. Menurutnya, PWI Cab Sumut mencatat sejarah pertama kali merayakan Natal sejak berdiri PWI di Sumut.
“Dalam hal ini, kita semua wartawan anggota PWI Cab Sumut mengapresiasi atas dukungan M Syahrir sebagai Ketua PWI Cab Sumut terhadap pelaksanaan Natal ini,” ujarnya.
Susunan Panitia Perayaan Natal PWI Sumut 2010 antara lain Pelindung, Gubsu H Syamsul Arifin SE, Pangdam I/BB, Ketua DPRD Sumut, Kajatisu, Kapoldasu, dan para walikota/Bupati se-Sumut. Sedang penasehat yakni DR GM Penggabean, Drs Rudolf Pardede (DPD RI), Pdt WTP Simarmata MA (Ketua Umum PGI Sumut), DR RE Nainggolan MM (Sekdaprovsu), JA Fernandus (PGI Sumut), Ferdinand Simangungsong, Parlindungan Purba SH MM (DPD RI), Ir JB Siringo ringo, Rajamin Sirait SE. Panitia Pengarah yakni Manapar FT Simanulang (SIB) dan Drs Baldwin Silitonga (Ka RRI) serta penanggungjawab Ketua PWI Cabang Sumut dan Ketua DKD Cabang Sumut.
Ketua Panitia St Drs Jumian Situmorang (Hr Perjuangan), Wakil Ketua Martohap Simarsoit SH (SIB), Sekretaris St Drs Redihman Damanik (Hr Gaya Medan), Wakil Sekretaris Halomoan Samosir SP (Hr Perjuangan), dan Bendahara Drs Eddy Madyia Bukit. Seksi kerohanian St Sarsin H Siregar SE (Medan Bisnis), Seksi Dana : Anton Penggabean (Koordinator-SIB), Drs Hendri Simon Matondang (Hr Mandiri), Drs Tohap Simamora (Gebrak), Drs Maju Manalu (Medan Pos), Drs Tanda Monang Pasaribu (SIB), Drs Frans Sihombing (SIB), Drs Duga Munthe (Metro 24), Ir Parluhutan Simarmata (SIB), Fredy Hutapea (RRI), Drs Carles Daulay (Pos Kota), Firdaus Perangin-angin (SIB).
Seksi hiburan yakni Idris Pasaribu (Koordinator-Analisa), Wesly Arifin Marpaung (Mimbar Umum), Seksi Pengerahan Massa Drs Amson Purba (Koordinator-Perjuangan), Ferry Lumban Tobing SPT (RRI), lala Zanolo Zebua (Mimbar Umum), Seksi Keamanan Josmarlin Tambunan (Koordinator-Medan Pos), Gaja Sibarani (SIB), Mangampu Sormin (Pos Metro), Bona Saut Marihot (Mimbar Umum).
Seksi Humas/Dokumentasi Irwan Ginting SH (Koordinator-Andalas), Drs Hendri Sianturi (Deli TV), Serasi Sembiring (Warta Indonesia Baru), Seksi Perlengkapan Drs Tumpal Sinaga (Koordinator-RRI), Tunggul Sihite (TVRI, Horas Pasaribu (SIB), Seksi Konsumsi Nelly br Hutabarat (Koordinator-SIB), Lenny Sembiring (TVRI), Tania Depari (Metro Medan), dan Eva Rina Pelawi (SIB). (rel/M3)

Panitia Natal PWI Sumut 2010 Terbentuk

Panitia Natal PWI Sumut 2010 Terbentuk

sumber http://hariansib.com pada tanggal 7 Oktober 2010

Medan (SIB)
Panitia Perayaan Natal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sumut terbentuk. Rapat pembentukan Panitia Natal yang dilaksanakan di Gedung PWI Cab Sumut, Sabtu (2/10), dihadiri Ketua PWI Cab Sumut Drs M Syahrir, Wakil Ketua Zulkifli Harahap, Zul Ali Marbun, dan Panitia Pengarah Manapar FT Simanulang. Sedang pelaksanaan Natal ini direncanakan Sabtu, 11 Desember 2010.
Ketua PWI Cab Sumut Drs M Syahrir mengatakan, pelaksanaan perayaan Natal tahun 2010 ini, selain mendekatkan diri kepada Tuhan, yang dijadikan sebagai alat perekat kekeluargaan di kalangan PWI. Dengan adanya perayaan Natal ini rasa kebersamaan di tengah keluarga besar PWI terus semakin terjalin dengan baik tanpa membeda-bedakan agama, etnis, kelompok dan standart sosial.
“Mari kita tingkatkan rasa kesetiakawanan, solidaritas, walaupun sesama wartawan berbeda kepercayaan,” ujar M Syahrir seraya mengatakan PWI Cab Sumut mendukung sepenuhnya kegiatan perayaan Natal ini. Untuk itu jangan disia-siakan kesempatan ini, perbuatlah kegiatan Natal ini menjadi sumber kasih yang dapat dirasakan semua orang, khususnya bagi orang yang kurang mampu.
Sementara itu, Ketua Panitia St Drs Jumian Situmorang mengucapkan terimakasih kepada Ketua PWI Cab Sumut atas dukungannya yang begitu besar. Menurutnya, PWI Cab Sumut mencatat sejarah pertama kali merayakan Natal sejak berdiri PWI di Sumut.
“Dalam hal ini, kita semua wartawan anggota PWI Cab Sumut mengapresiasi atas dukungan M Syahrir sebagai Ketua PWI Cab Sumut terhadap pelaksanaan Natal ini,” ujarnya.
Susunan Panitia Perayaan Natal PWI Sumut 2010 antara lain Pelindung, Gubsu H Syamsul Arifin SE, Pangdam I/BB, Ketua DPRD Sumut, Kajatisu, Kapoldasu, dan para walikota/Bupati se-Sumut. Sedang penasehat yakni DR GM Penggabean, Drs Rudolf Pardede (DPD RI), Pdt WTP Simarmata MA (Ketua Umum PGI Sumut), DR RE Nainggolan MM (Sekdaprovsu), JA Fernandus (PGI Sumut), Ferdinand Simangungsong, Parlindungan Purba SH MM (DPD RI), Ir JB Siringo ringo, Rajamin Sirait SE. Panitia Pengarah yakni Manapar FT Simanulang (SIB) dan Drs Baldwin Silitonga (Ka RRI) serta penanggungjawab Ketua PWI Cabang Sumut dan Ketua DKD Cabang Sumut.
Ketua Panitia St Drs Jumian Situmorang (Hr Perjuangan), Wakil Ketua Martohap Simarsoit SH (SIB), Sekretaris St Drs Redihman Damanik (Hr Gaya Medan), Wakil Sekretaris Halomoan Samosir SP (Hr Perjuangan), dan Bendahara Drs Eddy Madyia Bukit. Seksi kerohanian St Sarsin H Siregar SE (Medan Bisnis), Seksi Dana : Anton Penggabean (Koordinator-SIB), Drs Hendri Simon Matondang (Hr Mandiri), Drs Tohap Simamora (Gebrak), Drs Maju Manalu (Medan Pos), Drs Tanda Monang Pasaribu (SIB), Drs Frans Sihombing (SIB), Drs Duga Munthe (Metro 24), Ir Parluhutan Simarmata (SIB), Fredy Hutapea (RRI), Drs Carles Daulay (Pos Kota), Firdaus Perangin-angin (SIB).
Seksi hiburan yakni Idris Pasaribu (Koordinator-Analisa), Wesly Arifin Marpaung (Mimbar Umum), Seksi Pengerahan Massa Drs Amson Purba (Koordinator-Perjuangan), Ferry Lumban Tobing SPT (RRI), lala Zanolo Zebua (Mimbar Umum), Seksi Keamanan Josmarlin Tambunan (Koordinator-Medan Pos), Gaja Sibarani (SIB), Mangampu Sormin (Pos Metro), Bona Saut Marihot (Mimbar Umum).
Seksi Humas/Dokumentasi Irwan Ginting SH (Koordinator-Andalas), Drs Hendri Sianturi (Deli TV), Serasi Sembiring (Warta Indonesia Baru), Seksi Perlengkapan Drs Tumpal Sinaga (Koordinator-RRI), Tunggul Sihite (TVRI, Horas Pasaribu (SIB), Seksi Konsumsi Nelly br Hutabarat (Koordinator-SIB), Lenny Sembiring (TVRI), Tania Depari (Metro Medan), dan Eva Rina Pelawi (SIB). (rel/M3)

Jumat, 29 Agustus 2008

Ucapan Terima Kasih

Sekjen HKBP periode 2004-2008, Pdt. Willem TP. Simarmata, MA mengucapkan terimakasih atas dukungan dan partisipasi kepada seluruh warga jemaat HKBP yang telah membantu akan suksesnya program kerja 2004-2008. Tuhan memberkati.

Rabu, 13 Agustus 2008

10 Tahun menjaga rekonsiliasi HKBP












Selasa, 12 Agustus 2008

PERTEMUAN SEKJEN HKBP DENGAN SENIOR (MANTAN SEKJEN HKBP)

PERTEMUAN SEKJEN HKBP DENGAN SENIOR (MANTAN SEKJEN HKBP)

Semakin dekat dengan Sinode semakin meningkat usaha-usaha yang dilakukan oleh para calon mulai dari calon ephorus, sekjen, dan kepala departmen agar dapat memenangkan posisi yang diincar.

Tetapi berbeda dengan Sekjen HKBP saat ini, ditengah-tengah kesibukannnya, beliau menyempatkan diri untuk menjumpai seniornya Pdt. DR. SM Siahaan mantan Sekjen HKBP tahun 1992-1998 pada tanggal 8 Agustus 2008 yang lalu untuk mendapatkan langsung harapan dan pesan yang pasti berguna bila saatnya nanti tiba menjadi pimpinan di HKBP seperti Ephorus.

Dalam pertemuan yang difasilitasi beberapa jemaat yang peduli dengan HKBP Sekjen HKBP didampingi oleh Pdt. R.J Hutagaol S.Th, Pdt T. Nababan S.Th, dan St. Drs. MS. Siahaan SE, M.min, MM Direktur Dana Pensiun HKBP dan Nyonya, sedangkan Pdt. DR. SM Siahaan didampingi oleh St. Ir. O.B. Lumbantoruan MM dari HKBP Immanuel Kelapa Gading.

Dalam pertemuan tersebut, Sekjen HKBP mengharapakan dukungan doa (DOA RESTU – bahasa Nasional) dari Pdt DR. S M Siahaan agar pelaksanaan Sinode Godang dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan kehendak Tuhan bukan kehendak manusia, agar siapa pun yang terpilih dalam sinode godang nanti yang menjadi pimpinan di HKBP adalah mereka yang dikehendaki oleh Tuhan.

Sebagai jawaban permintaan Sekjen HKBP, mantan Sekjen HKBP DR. S.M Siahaan mengatakan dengan tegas kekecewaanya terhadap perjalanan HKBP dalam empat tahun belakangan ini sehingga membutuhkan pembaharuan terutama dalam pemimpinnya agar dapat berdiri sejajar dengan gereja-gereja dan lembaga mitra baik yang di dalam negeri maupun dari luar negeri yang terhilang dalam empat tahun belakangan ini. Pdt. DR. SM Siahaan juga memuji kinerja maupun kepribadian Sekjen HKBP WTP Simamarmata yang bisa mengayomi semua golongan yang ada sekaligus berpesan agar kalau terpilih nanti jadi Ephorus, dapat memimpin HKBP dengan baik dan enjaga agar jangan sampai terpolarisasi sebagaimana terjadi di waktu-waktu yang lalu. Sebagai bentuk dukungan moral kepada Sekjen WTP Simarmata dalam Sinode Godang yang akan datang, Pdt. DR. SM Siahaan juga dalam kalimat langsung berkata: “ jangan lengah KITA belum menang, masih banyak kemungkinan hal terjadi, tetaplah berjuang dan berdoa.

Beliau juga berpesan agar HKBP tidak lagi menilai seorang pemimpin dari titel yang dimiliki karena itu tidak menjadi jaminan keberhasilan sebagai Ephorus, bahkan beliau berkata HKBP sudah letih karena para DOKTOR yang ada.

St. Drs. MS Siahaan SE, M.Min, MM, juga turut menyampaikan harapan agar jika nanti WTP Simarmata berhasil terpilih dalam Sinode Godang agar berusaha mencairkan hubungan diantara para pendukung ketiga calon Ephorus saat ini sehingga keutuhan dan pengembangan pelayanan dapat terjamin seterusnya.

St. IR. O. B Lumbantoruan MM yang juga turut menyampaikan harapannya agar jangan ada lagi penempatan pelayan terutama pendeta hanya karena semat-mata berdasarkan Team Sukses sebagai balas jasa, atau agar bisa menjadi asset ke sinode godang berikutnya sebagaimana terjadi belakangan ini, tetapi hendaklah dilandasi oleh Kapasitas dan kompetensi dari pelayan tersebut.

Sekjen WTP Simarmata berjanji akan mengingat pesan semua pesan tersebut dan berusaha untuk dapat melaksanakannya dengan dukungan doa, dan minta tetap disertai dan diingatkan agar janji ini dapat terlaksana.

Senin, 28 Juli 2008

Peresmian Gedung Serbaguna Maranatha Lima Puluh HKBP Resort Lima Puluh

Pesta Peresmian Gedung Serbaguna Maranatha Lima Puluh HKBP Resort Lima Puluh, Minggu 20 Juli 2008:


"Orang Kristen yang merendahkan diri dan berpengharapan di dalam penderitaan."

Ungkapan ini ditekankan oleh sekjen HKBP, Pdt.W.T.P.Simarmata, MA di dalam khotbahnya saat memimpin kebaktian Minggu pada pesta peresmian gedung Serbaguna �Maranatha� limapuluh resort lima puluh dengan nas khotbah dari Ayub 2:9-13. Lebih lanjut lagi, Sekjen HKBP menyampaikan bahwa orang kristen harus siap dengan kehadiran berbagai masalah dan tidak bisa lari dari masalah. Masalah yang datang dalam hidup harus dihadapi, janganlah menjadi menghujat, menyalahkan Allah dan bahkan pada akhirnya meninggalkan Allah. Seperti Ayub yang tetap bertahan di dalam penderitaannya dengan kerendahan hatinya dan pengharapannya kepada Allah. Walaupun hartanya telah habis, anak-anaknya telah mati, Ayub sendiri terjangkit wabah penyakit yang menyeramkan, istri dan teman-temannya meninggalkan dia, tetapi Ayub setia dan kokoh di dalam penderitaannya, tidak meninggalkan Allah. Kesetiaaan dan pengharapan Ayub tidaklah sia-sia, Allah mendengarkan dan mengabulkan doanya.

Acara kebaktian minggu dipimpin oleh Pdt. Dr. Plasthon Simanjuntak (Praeses HKBP distrik V Sumatera Timur) sebagai liturgis dan pembawa doa syafaat adalah Pdt. P. Simarmata, MTh (Pendeta HKBP resort Balata).

Setelah acara kebaktian Minggu berakhir, seluruh jemaat dan undangan menyaksikan peresmian gedung serbaguna marantha yang berada di belakang gereja HKBP Lima Puluh. Rombongan prosesi yang terdiri dari Sekjen HKBP beserta inang, Pdt. Dr. Palston Simanjuntak, Pdt. HYM. Purba, STh, Pj. Bupati Batu Bara Drs. Syaiful Syafri, MM dan Ir. Perdinan Siahaan (perantau) disambut dan mendapat pengalungan bunga oleh Anak sekolah Minggu. Kemudian Sekjen HKBP didaulat untuk menandatangani prasasti peresmian, penyingkapan tirai nama gedung dan pembukaan pintu gedung secara resmi sedangkan inang sekjen H.L br. Purba didaulat untuk pengguntingan pita yang disambut dengan tepuk tangan seluruh jemaat. Dengan sukacita seluruh jemaat dan undangan memasuki gedung untuk pertama kali dan bersantap siang bersama.

Acara kemudian dilanjutkan dengan kata-kata sambutan dari Panitia Pesta E. Sianipar, SPd, ketua pembangunan, Lurah Lima Puluh, mewakili Perantau, praeses HKBP distrik V Sumatera Timur dan Sekjen HKBP.

Pj. Bupati Batu Bara Drs. Syaiful Syafri, MM dalam sambutannya mengatakan merasa bangga dan berterimakasih dengan partisipasi para perantau asal Batu Bara di dalam pembangunan Kab. Batu Bara dengan mendirikan fasilitas umum berupa gedung serbaguna Maranatha. Beliau juga mengajak agar partisipasi para perantau berkesinambungan karena masih banyak para masyarakat yang masih membutuhkan uluran tangan seperti perbaikan sarana air bersih, rumah layak huni dan bantuan permodalan usaha. Dalam kesempatan yang sama, beliau juga menyampaikan bantuan pemerintah kabupaten berupa pengadaan 9 titik penerangan di sekitar gedung untuk memperindah gedung di saat malam hari.

Sekjen HKBP di dalam kata sambutan beliau, menyampaikan kekagumam tersendiri dengan terciptanya kerukunan kehidupan beragama di Kabupaten Batu Bara, walaupun berbeda tetapi hidup berdampingan. Inilah yang menjadi kerinduan setia warga negara Indonesia yang bernaung di bawah dasar negara Pancasila dan UUD 1945 yang tidak mengenal kata mayoritas dan minoritas. Kehidupan rukun mesti dipelihara, terciptanya kedamaian akan menentukan kemajuan negara Indonesia ke arah yang lebih baik di masa sekarang dan masa depan. Di dalam perbedaan bersama-sama, berangkulan, saling menolong dan saling menopang untuk mewujudkan pembangunan Indonesia yang adil dan sejahtera.

Setelah acara kata sambutan dilanjutkan dengan acara lelang dan tortor yang dipandu oleh MC bapak Siagian dimana dana yang terkumpul digunakan untuk melengkapi fasilitas gedung yaitu meja dan kursi, sound system, sanitasi, selasar, pagar pembatas dan lampu taman.

Sebagai catatan, kondisi serbagunan HKBP Lima Puluh yang telah diresmikan itu adalah dengan panjang 35 meter dan lebar 17 meter yang beralamat di Jl. Kisaran No.2 Lima Pulu Kab. Batu Bara. Gedung ini akan digunakan sebagai tempat pesta perkawinan, gedung ibadah sekolah Minggu dan ruang pertemuan berupa ceramah/seminar yang terbuka untuk umum yang mampu menampung 1000 orang.

Acara Pesta peresmian Gedung Serbaguna �Maranatha� HKBP Lima Puluh Resort Lima Puluh ini dihadiri oleh Kadis Perhubungan Drs. Sahala Nainggolan, calon bupati Batu Bara Sinaga dan OK. Arya, perantau yang berpatisipasi aktif dalam pembangunan gedung hingga selesai yaitu Ir. Perdinan Siahaan, Arifin Siahaan, Firman Siahaan, Ir. Otto Hasibuan dan Drs. M. Hutasoit.


Galeri:

Your browser may not support display of this image.

Rombongan prosesi memasuki gedung gereja disambut oleh jemaat.


Your browser may not support display of this image.

Sekjen HKBP disambut oleh anak Sekolah Minggu dan menerima pengalungan selempang.


Your browser may not support display of this image.
Sekjen HKBP membuka pintu gedung serbaguna �Maranatha�


Your browser may not support display of this image.

Sekjen HKBP menandatangani prasasti peresmian gedung serbaguna �Maranatha� HKBP Resort Lima Puluh.

Rabu, 23 Juli 2008

HKBP MASA DEPAN: GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN TRANSFORMASI

HKBP MASA DEPAN:

GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN TRANSFORMASI

Oleh : Willem T.P. Simarmata

VISI DAN MISI

Pemberdayaan warga untuk transformasi adalah roh dari visi dan misi HKBP (Efesus 4:11-14; Markus 16 :15-18). Visi dan Misi HKBP dalam Aturan dan Peraturan 2002 hanya akan menjadi jasad tanpa roh ketika warga jemaat berada dalam posisi sebagai objek pelayanan yang sepenuhnya bergantung kepada pelayan. HKBP masa depan harus komit memenuhi panggilannya untuk memberdayakan warga jemaat membawa perubahan sosial (transformasi sosial) di tengah-tengah arus globalisasi. HKBP baru benar-benar menjadi gereja yang berkembang, inklusif, dialogis dan terbuka serta mampu mengembangkan kehidupan yang bermutu, apabila persekutuan, kesaksian dan pelayanannya digerakkan oleh roh pemberdayaan yang membawa perubahan sosial di tengah-tengah abad 21. Mutu pelayanan HKBP diukur dari kemampuan warga jemaat membawa perubahan bagi terciptanya kehidupan sosial dan lingkungan yang adil dan penuh damai sejahtera. HKBP harus memasuki lapangan sosial ekonomi masyarakat dan berperan di dalamnya membawa masyarakat kepada kehidupan yang lebih adil, sejahtera dan religius. Dengan demikian maka HKBP menjadi Gerakan Pemberdayaan dan Transformasi Warga (Movement for People Empowerment and Transformation).

PRINSIP DAN KOMITMEN

Mengasihi, melayani dan kepedulian adalah prinsip yang mesti dipegang teguh oleh semua warga dan pelayan dalam setiap usaha mewujudkan visi dan misi tersebut (Yohanes 3:16; Markus 10:45; 1 Korintus 16:14; 2 Korintus 6:1-10; 9: 10-15). Pelayanan senantiasa harus digerakkan oleh kasih. Pelayanan yang tidak beralaskan kasih pada akhirnya menghasilkan arogansi kekuasaan. Kasih dan pelayanan adalah prinsip yang menentukan keberhasilan program-program pemberdayaan untuk perubahan sosial dan lingkungan. Implikasinya adalah semua program dalam bidang persekutuan, kesaksian dan pelayanan HKBP harus didesain sedemikian rupa berdasarkan pemahaman teologis eklesiologis terhadap tantangan aktual gereja abad 21. Sudah waktunya bagi HKBP keluar dari jebakan aktivitas formal dan rutinitas seremonial, yang hanya akan memperkuat struktur dan melemahkan kemandirian jemaat. HKBP harus fokus kepada pelayanan berdasarkan kasih Kristus, sehingga seluruh jemaat mampu mengaktualisasikan pelayanan yang benar-benar menyentuh, sebagai implementasi pertumbuhan iman, kasih dan pengharapan. Sudah waktunya HKBP menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pelayanan yang menjangkau mereka yang mengalami situasi yang sulit, seperti mereka yang menjadi korban aneka kekerasan dan ketidakadilan, ODHA, akibat kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup dan pemanasan global. The Outreach Ministry harus mendapat perhatian, khususnya melayani sektor yang belum dan tidak tersentuh oleh pelayanan HKBP. Sangat dibutuhkan redefinisi dan reposisi peran sosial HKBP, agar HKBP tidak hanya mengurusi soal-soal yang terkait dengan spiritual sajaa, tetapi juga soal-soal ekonomi, politik, pendidikan dan kebutuhan masyarakat lainnya, agar kehadiran HKBP memiliki dampak sosial.

INTEGRITAS INSTITUSIONAL

Gerakan persekutuan, kesaksian, dan pelayanan HKBP mesti dilihat secara utuh sebagai organisme spritual dan institusional di tengah-tengah realitas dunia, dan Indonesia khususnya. Sejarah institusional HKBP harus tetap memiliki integritas sebagai tubuh Kristus yang sehat, kuat dan lincah melayani di tengah-tengah arus globalisasi. Oleh karena itu, Aturan dan Peraturan HKBP mestinya menjadi landasan yang kokoh bagi setiap program pemberdayaan warga dan perubahan sosial. Aturan dan Peraturan yang berorientasi pemberdayaan dan transformasi warga jemaat ditandai dengan : a) Peningkatan peran serta dan ruang gerak warga jemaat dalam berbagai pelayanan; b) Identifikasi dan pengembangan talenta dan potensi warga dan pelayan; c) Perluasan pendelegasian wewenang yang jelas dan otonomisasi unit-unit pelayanan berbasis kebutuhan real dan; d) penguatan jejaring dan pelayanan secara sinergis dan akuntabel, baik di tingkat nasional maupun internasional, e) penghargaan kepada keadilan gender dan lingkungan hidup dengan penghargaan kepada segala yang bernafas.

Fenomena yang memuka akhir-akhir ini adalah jemaat melayani struktur, padahal sebaiknya adalah struktur yang harus melayani jemaat. Fenomena itu dapat dilihat secara kasat mata di tingkat Huria, Ressort, Distrik, Lembaga dan bahkan di tingkat Hatopan (Pusat), di mana unsur pimpinan di setiap level tampil sebagai master of ceremony, professional (monolog), sementara jemaat diposisikan sebagai audiences yang dermawan dan pantas membayar (dan tidak perlu diapresiasi?).

Secara teoretis (dalam kertas) Aturan dan Peraturan HKBP 2002 diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan akselerasi pengambilan kebijakan strategis, dengan menghapus Lembaga Majelis Pusat, dan membentuk Rapat Pimpinan (terdiri dari Ephorus, Sekretaris Jenderal dan ketiga Kepala Departemen) serta Majelis Pekerja Sinode (MPS). Kenyataannya tidak demikian sebab konsep kepemimpinan yang flat belum sesuai dengan harapan, demikian juga dari segi fasilitas kantor maupun dari efektivitas pelayanan ketiga departemen. Beberapa indikasi dapat disebutkan, misalnya a) hingga periode kepemimpinan 2004-2008 akan berakhir beberapa bulan lagi, pembenahan fasilitas pendukung pelayan ketiga departemen belum juga dapat diwujudkan; b) Secara struktural posisi kelima piminan HKBP perlu diatur melalui uraian tugas yang jelas; c) Aturan dan Peraturan HKBP 2002 sama sekali tidak menuntut adanya Sinode Kerja untuk mengevaluasi kinerja para pimpinan; d) MPS memiliki sejumlah kelemahan institusional yang pada gilirannya tidak efektif menjadi perangkat penyambung aspirasi jemaat di setiap distrik, serta tidak memiliki wewenang pengawasan dan evaluasi terhadap program hatopan di HKBP.

Integritas institusional HKBP sebagi perwujudan Tubuh Kristus perlu dibangun secara sehat dan kritis dan memperhatikan dimensi-dimensi religius dalam bidang Koinonia, Marturia dan Diakonia. Sebab, gereja mula-mula pun bertumbuh pesat dan pelayanannya menjadi sedemikian kuat dan luas, bukan oleh karena figur dan rekam-jejak para pelayan yang telah sekian lama bersama-sama dengan Kristus di dalam berbagai pelayanan. Kesuksesan tu dicapai oleh integritas dan komitmen orang-orang kudus melanjutkan (mengerjakan) apa yang diprakarsai oleh Yesus dalam persekutuan, kesaksian dan pelayanan-Nya. Integritas dan komitmen seperti itu hanya akan diperoleh apabila Aturan dan Peraturan memberikan ruang gerak yang luas bagi para pelayan dan warga jemaat untuk selalu bersikap kritis terhadap tradisi dan pola-pola kehidupan beragama yang legalistik-fundamentalis. Artinya, gereja harus senantiasa dibaharui dengan mengapresiasi perubahan zaman serta meratifikasi konsep-konsep teologis-eklesiologis yang berkembang dalam rangka pembangunan kerajaan Allah di tengah-tengah realitas dunia (Kis Rasul 6:1-7).

Integritas institusional perlu dibenahi melalui pemberdayaan struktural dalam arti merevitalisasi kinerja berbagai lembaga dan unit-unit pelayanan yang ada, sehingga tujuan berdirinya lembaga dan unit-unit kerja itu dapat diaktualisasikan secara optimal. Akhir-akhir ini, ada kecenderungan bahwa Lembaga, Yayasan dan Biro menjadi tujuan pada dirinya sendiri, tetapi apakah lembaga atau unit kerja itu setia membawa misi gereja bagi pembangunan kerajaan Allah atau tidak, agaknya sudah diabaikan. HKBP masa depan perlu mengevaluasi sistem rekruitmen staf di tingkat Kepala Biro, Pimpinan Lembaga, dan unit pelayanan lainnya. Sehubungan dengan itu, maka sudah waktunya bagi HKBP untuk sepenuh hati merevitaliasi Sekolah Tinggi Theologia, dan pendidikan teologi lainnya di HKBP, demikian juga dengan Badan Penelitian dan Pengembangan HKBP, Komisi Teologi dan Tim Konfessi, serta mendekatkan Universitas HKBP Nommensen (UHN) kepada jemaat dan lembaga-lembaga pendidikan maupun Lembaga Swadaya Gereja. UHN sebenarnya sangat layak menjadi payung dan sekaligus laboratorium pengembangan Credit Union Modifikasi (CUM) yang mulai berkembang di berbagai distrik. Adalah suatu ironi apabila ada warga jemaat yang membutuhkan perawatan medis dari Toba Samosir, tetapi lebih memilih langsung ke Rumah Sakit Umum Porsea, dan sama sekali tidak menghiraukan lagi Rumah Sakit Balige.

INTEGRITAS PELAYANAN

Sebagaimana dipaparkan di atas, suka atau tidak suka pada dasarnya orientasi pelayanan HKBP akhir-akhir ini perlu dipertegas dan diperjelas, walaupun di beberapa tempat ada beberapa kegiatan di tingkat Hatopan dan nasional yang patut disyukuri. Namun, masih merupakan aktifitas seremonial atau anniversarial, seperti jubileum dan taon parolopolopon, atau yang sejenis dengan itu. Artinya, HKBP cenderung mengabaikan tujuan panggilannya utnutk memberitakan Injil ke segala makhluk (Markus 16:15-18;). Sebagaimana disebutkan tadi, HKBP sebagai lembaga menjadi tujuan pada dirinya sendiri. Seharusnya lembaga berkarya untuk umat, masyarakat, bangsa dan seantero dunia (Matius 28:19-20). Oleh karena itu, HKBP masa depan harus kembali menemukan integritas pelayanannya sebagai saksi Kristus yang berdaya dan bermutu, menerjemahkan kabar baik dalam realitas dan tantangan abad 21.

Di tengah-tengah realitas Indonesia dalam pusaran arus Globalisasi, HKBP perlu membangun integritas pelayanannya paling tidak dalam 4 (empat) aspek yaitu :

  1. Koinonia
  2. Marturia
  3. Diakonia
  4. Didache (pendidikan dan pengajaran )

Pertama, membangun komunitas umat sebagai sumber kekuatan, dimana program-program Koinonia harus menghasilkan sumber energi spritual baru dimana persaudaraan menjadi kenyataan yang dapat dirasakan dan berdampak pada kedewasaan. Ketangguhan dan penguatan setiap warga jemaat untuk merajut kebersamaan dalam kemajemukan umat manusia menghadapi tantangan globalisasi. Warga HKBP telah tersebar ke seluruh dunia, hal ini membutuhkan strategy pelayanan khusus dan bersifat global. Kedua, membangun spiritualitas sebagai saksi Kristus, sehingga program-program Marturia bukan hanya membentuk jemaat yang beriman dengan kemampuan bernyanyi dan rajin beribadah. Tetapi, jauh lebih penting adalah membangun semangat dan tanggung jawab penginjilan dalam diri setiap warga jemaat dalam menjalani hidupnya di bidang sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan politik, serta di segala bidang kehidupan, bahwa disana mereka adalah saksi Kristus. Ketiga, mendahulukan kaum miskin dan lemah, yang dalam konteks globalisasi akan semakin meningkat jumlahnya, oleh karena itu semua program-program Diakonia tidak cukup lagi hanya menyinggung sepintas keadaan kaum jompo, yatim piatu atau orang cacat, tetapi mampu menerjemahkan cinta kasih Kristus kepada semua orang yang tersingkir, menderita, lemah dan miskin dalam pengertian yang multi dimensi. Sudah waktunya HKBPmelakukan pendampingan bagi pemberdayaan petani, nelayan dan pedagang tradisional agar tidak terus menerus korban kebijakan ekonomi yang pro-konglomerat (Frans Magnis-Suseno, 2004:103-104). Elim, Hepatha dan Rumah Sakit HKBP hendaknya tidak hanya di Pematangsiantar, Laguboti dan Balige, tetapi dalam 4 tahun ke depan sudah ada di kota kota lain di Indonesia. Bahkan sesungguhnya, HKBP pun dalam kurun waktu 4 (empat) tahun ke depan sudah harus menggeluti Pengembangan Ekonomi Produktif termasuk membuka unit usaha yang menghasilkan bagi HKBP yang sebahagian daripadanya adalah pembukaan BPR. Ke depan, Unit Usaha ini diharapkan akan mampu menopang pelayanan HKBP termasuk membantu kesejahteraan pelayan dan jaminan harituanya. Keempat, sangat mendesak untuk memberi perhatian kepada pendidikan dan pengajaran untuk mencerdaskan umat dan mewariskan nilai-nilai kristiani. Pelatihan dan pembinaan harus terus menerus berlanjut dan ditingkatkan bagi warga dan pelayan.

Secara singkat dapat dikatakan, bahwa HKBP ke depan harus mampu mengimplementasikan integritas (kesetiaan) pelayanannya dengan memberi perhatian dan komitmen yang kuat terhadap masalah-masalah yang benar-benar mencemaskan masyarakat dunia saat ini. Keberpihakan dan keperdulian terhadap kaum marjinal harus diaplikasikan dalam berbagai bentuk pelayanan pemberdayaan para petani dan nelayan; pendampingan buruh dan anak terlantar/anak jalanan; advokasi terhadap korban kekerasan dan ODHA.

Apa yang sudah dilakukan oleh gereja-gereja Reform, ada baiknya juga diakui oleh HKBP, yaitu merumuskan sebuah janji iman yang disebut dengan:covenanting for justice, yang salah satu statemennya mengatakan bahwa :kita percaya bahwa kita diminta oleh Allah untuk melakukan keadilan, cinta kasih, dan jalan yang benar di hadapan-Nya (Mikha 6:8). Kita dipanggil oleh Allah untuk melawan segala bentuk ketidakadilan dalam ekonomi dan pengrusakan lingkungan, sehingga keadilan dapat mengalir seperti air dan kebenaran seperti sungai (Amos 5:24). Oleh karena itu, kita harus menolak semua teologi yang mengatakan bahwa Allah hanya berpihak kepada yang kaya, dan kemiskinan adalah akibat kesalahan dan kemalasan orang miskin. Kita menolak segala bentuk ketidakadilan yang menghancurkan hubungan yang baik antar jender, ras, strata sosial dan kecacatan. Kita menolak semua teologi yang menekankan bahwa kepentingan manusia di atas kepentingan alam (Seong-Won Park, 2005:189).

Integritas pelayanan HKBP juga mesti diaplikasikan dalam konteks pluralisme dalam pengertian yang luas baik secara internal (dalam HKBP dan gereja-gereja) maupun secara eksternal (terhadap umat beragama lain, khususnya Islam
).
Pelayanan jemaat tidak dapat lagi dibatasi untuk sekedar mengawal tradisi atau memurnikan tradisi (membangun orthodoksi), dimana pelayanan kategorial tidak sesederhana yng kita pahami lagi dalam konteks jemaat agraris tempo dulu. Sebab, warga jemaat sendiri dalam kategori umur (Sekolah Minggu, Remaja dan Naposo Bulung, Ibu dan Bapak) sudah sangat pluralistik baik di tingkat pergumulan dan pemahaman imannya. Lebih-lebih lagi dalam menghadapi umat dari denominasi gereja yang lain, maupun menghadapi saudara-saudara kita yang Islam. Semua itu membutuhkan kesiapan berdialog dan kematangan sikap, sehingga HKBP tidak terjebak dalam sikap defensif, tetapi sesuai dengan visi dan misinya harus mampu mendengar dan memahami komentar dan ketakutan dari saudara-saudara kita yang beragama lain. Visi dan misi HKBP sebagai gereja yang inklusif, dialogis dan terbuka dalam konteks pluralisme, hanya akan tinggal slogan apabila tidak secara gradual mempersiapkan pemuda gereja yang dewasa dalam iman, peka terhadap perkembangan zaman dan fleksibel dalam pergaulan nasional dan internasional. Sejarah mencatat bahwa revolusi dan reformasi besar biasanya terjadi melalui mobilisasi orang-orang muda yang mengalami pencerahan intelektual , politik dan spritual, kemudian menyadari berbagai kelemahan ajaran dan kebijakan tradisonal, yang menghambat kemajuan serta membelenggu kebebasan individu (Huntington, 2002:116.119).

PENUTUP

Pemberdayaan dan Transformasi adalah thema pokok yang perlu diterjemahkan dalam persekutuan, kesaksian, pelayanan, dan pengembangan pendidikan HKBP. Pemberdayaan yang dimaksudkan adalah dengan memberi kepercayaan kepada warga, menhembangkan prakarsa, meningkatkan keahlian (kompetensi), menggerakkan potensi, dan mengorganisasikan sumberdaya yang ada. Pada pihak lain transformasi berarti mengupayakan pembaharuan menyeluruh, dan melakukan perubahan mendasar guna mencapai mutu yang maksimal termasuk dalam berbagai Peraturan dan kebijakan, serta meninjau dan mengkaji ulang kurikulum Pendidikan Agama Kristen dalam Program Sekolah Minggu, Remaja, Pemuda, kaum Bapak dan Ibu.

Tugas mendesak saat ini adalah bekerjakeras untuk mengukuhkan HKBP menjadi gereja sebagai kekuatan pemberdayaan dan transformasi . Bahagian dari tugas itu mungkin termasuk mencari struktur, format dan pengorganisasian yang cocok untuk HKBP, agar berorientasi ke masa depan, mengikuti perkembangan strategis, dan mampu menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini. .

Sebelum mengakhiri paparan ini, ijinkan saya mengucapkan untaian terimakasih kepada Universitas HKBP Nommensen dan PI Del yang memprakarsai Seminar yang sangat penting ini. Tuhan memberkati.

PEMUDA HKBP DIPILIH UNTUK BERBUAH (YOHANES 15:16)

PEMUDA HKBP DIPILIH UNTUK BERBUAH (YOHANES 15:16)

Oleh:

Pdt. Willem TP Simarmata, MA, Sekretaris Jenderal HKBP


Pendahuluan

Thema Youth Camp 2008 ini menjadi sangat relevan ketika masyarakat mempertanyakan eksistensi dan kiprah pemuda gereja akhir-akhir ini. Memang secara defacto ada berbagai organisasi pemuda gereja, namun belum terdengar gaungnya ditengah-tengah pergumulan bangsa dan negara. Secara khusus, pemuda HKBP belum menunjukkan kiprahnya dalam reformasi tatanan sosial politik kemasyarakatan pasca Orde Baru. Oleh karena itu, thema kemah pemuda saat ini patut digumuli secara alkitabiah, dan membangun refleksi aktual, yang mendorong pemuda HKBP memacu pelayanan dan kesaksiannya di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan negara.

Sebagaimana Gereja membangun dan mengimplementasikan visi panggilannya berdasarkan firman Tuhan yang mengatakan: “Akulah yang memilih kamu, dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” (Yoh. 15:16). Maka, demikianlah pemuda gereja seyogianya membangun dan mengimplementasikan visi panggilannya dalam berbagai karya nyata, yang sungguh-sungguh dapat mejadi berkat bagi semua.

Pergumulan dan Peluang Pemuda Masa Kini

Sebagai gereja masa depan (the Churchmen of tomorrow), maka pemuda gereja perlu membangun spiritualitas yang benar-benar mampu menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah di tengah-tengah perubahan zaman. Gereja yang tidak membekali pemudanya dengan spiritualitas murid Yesus yang sejati (Matius 28:19) tidak akan dapat berdiri sebagai saksi Kristus. Gedung-gedung gereja yang megah saat ini, sebagaimana telah dialami oleh saudara-saudara kita di Barat, akan menjadi monumen bisu dengan fungsi yang sama sekali jauh dari makna bait suci yang sesungguhnya.

Sering kali kita mendengar ungkapan bahwa “pemuda adalah bunga-bunga gereja.” Pertama-tama hal itu menggambarkan sifat atau kharakter pemuda yang penuh daya tarik, dan hal-hal yang menyenangkan. Kedua, menggambarkan masa depan yang penuh tantangan, di mana tingkat persaingan semakin tinggi, perubahan nilai-nilai dan gaya hidup yang semakin variatif serta kompleks. Oleh karena itu, pemuda gereja perlu memetakan konteks panggilannya pada awal millenium ketiga saat ini.

Ada beberapa catatan yang perlu mendapat perhatian serius dalam upaya memetakan konteks panggilan pemuda HKBP saat ini.

Pertama, Pemuda HKBP perlu memahami panggilannya dalam konteks budaya dan adat istiadat yang berakar kuat dalam tradisi gereja. Pemuda HKBP akhir-akhir ini cenderung abai terhadap kultur Batak yang mengakar di dalam kehidupan bergereja. Apabila pemuda HKBP tercerabut dari akar budayanya, maka hal itu akan menjadi kendala yang serius dalam mengartikulasikan aspirasi dan misi yang diemban di pundak pemuda gereja. Adat dan budaya Batak acap kali dilihat sebagai kendala bahkan hambatan yang perlu disingkirkan agar pemuda gereja bebas mengaktualisasikan diri di tengah-tengah jemaat dan masyarakat. Hal itu tidak perlu terjadi apabila pemuda gereja mampu mengapresiasi nilai-nilai budaya dan adat Batak, yang selama ini terbukti mampu merekat dan mendinamisir persekutuan dan pelayanan HKBP dari waktu ke waktu. Kehadiran HKBP di Singapura, Los Angeles, New York, dan di berbagai penjuru dunia, itu tidak terlepas dari kultur dan tradisi Batak yang melekat dalam diri setiap warga jemaat HKBP. Sebab, ke mana masyarakat Kristen Batak pergi, mereka turut serta membawa gerejanya, HKBP. Apa artinya itu? Pemuda HKBP benar-benar terpanggil untuk membekali diri dengan pemahaman budaya dan adat Batak yang baik dan benar di dalam terang firman Tuhan.

Sebagaimana dikemukakan secara panjang lebar oleh Samuel P. Huntington (2002:111-121), bahwa memudarnya dominasi budaya barat, bukan saja berdampak pada menguatnya akar budaya lokal, tetapi juga potensil menimbulkan benturan budaya pada generasi muda. Sebab tingkat mobilisasi orang-orang muda dan penguasaan teknologi yang tinggi, tanpa dibarengi spiritualitas yang sehat dan benar akan mudah ditunggangi oleh kaum fundamentalist, sehingga sangat potensil melahirkan generasi muda yang ekstrim[1]. Generasi muda yang terperangkap dalam arus fundamentalisme sempit seperti itu tidak akan dapat berbuah, dan mustahil menjadi berkat bagi masyarakat dan bangsa. Pemuda HKBP perlu banyak belajar tentang kearifan lokal, khususnya yang berakar dalam budaya dan adat Batak. Hal itu akan sangat bermanfaat untuk mereduksi fanatisme sempit dalam kehidupan beragam.

Yesus sendiri dalam masa muda-Nya menunjukkan perhatian dan apresiasi yang tinggi terhadap adat dan budaya Yahudi. Sehingga dalam memenuhi panggilan-Nya, (sebagai Mesias di tengah-tengah masyarakat dan bangsanya yang menderita dalam berbagai aspek kehidupan), Yesus dengan mantap menerjemahkan kasih Allah di dalam adat istiadat nenekmoyang-Nya. Hal itu ditunjukkan oleh Yesus, misalnya dalam kehadirannya di pesta Kana (Yohanes 2:1-11), di mana Yesus mengubah air menjadi anggur yang terbaik bagi tuan rumah yang nyaris kehilangan harga diri karena kekurangan anggur. Lihatlah, bahwa Yesus hadir memberikan buah pelayanan yang membebaskan orang dari rasa malu dan cemooh. Secara eksistensial, pemuda HKBP terpanggil untuk mengubah berbagai kelemahan, kecemasan, dan keprihatinan sosial menjadi kesuksesan, kekuaan dan kebanggaan masyarakat, bangsa dan negara.

Kedua, abad 21 yang dikenal dengan era globalisasi dan informasi memberikan peluang yang besar dan luas bagi pergaulan muda/mudi dengan wawasan global. Sebab, pergaulan lintas budaya dan agama memungkinkan muda-mudi gereja mengenal berbagai kemajuan dalam berbagai bidang, kemudian menarik banyak nilai-nilai positif untuk pengembangan diri dalam karier. Namun, satu hal yang patut dicermati adalah menguatnya kecenderungan untuk melepaskan nilai-nilai lokal dan mengambil alih nilai-nilai global secara gegabah. Sehingga tidak jarang yang terjadi justru bukan pengembangan diri, melainkan kebingungan atau anomali kebudayaan dan religiositas yang mengaburkan spiritualitas pemuda Kristen yang mengarah kepada sinkritisme modern. Hal itu dapat dengan mudah diamati dalam kehidupan pemuda Gereja metropolis, yang dengan mudah dan tanpa beban telah mengalami perubahan gaya hidup menjadi sangat individualistik, liberalistik, materialistik, konsumeristik dan hedonistik.

Sepertinya, era globalisasi dan informasi telah disalah-manfaatkan kaum muda untuk memprotes dan memberontak terhadap nilai-nilai tradisional yang dianggap menekan emansipasi, membelenggu kebebasan berekspressi dan aktualisasi diri yang dikontrol sangat ketat oleh orangtua. Akibatnya, era globalisasi dan informasi acap kali dimaknai kaum muda sebagai kesempatan untuk membentuk komunitas kecil yang bersifat eksklusif, gaya hidup selebritis, seks bebas, suka minum alkohol dan mengkonsumsi narkoba, dengan harapan memberikan kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan.

Sehubungan dengan itu, sebaiknya pemuda HKBP duduk bersama merenungkan panggilan Tuhan untuk menghasilkan buah yang lebat dengan membangun komunikasi dan jaringan kerja yang luas. Pemuda HKBP hendaknya memiliki sense of crisis dan sense of urgency di dalam pusaran arus globalisasi dan informasi, agar tidak dikacaukan oleh nilai-nilai global yang diwarnai oleh neo-liberalisme. Neo-liberalisme memperkenalkan kebahagiaan dan harga diri terletak di dalam kesuksesan ekonomi dan kekuasaan politik.[2] Pemuda HKBP perlu menyadari kenyataan yang dihadapi oleh kaum muda Indonesia saat ini secara umum dan pemuda gereja secara khusus. Pada dekade pertama abad 21 ini, paling tidak ada 7 masalah dan tantangan yang dihadapi oleh kaum muda di Indonesia, yaitu keretakan hidup berbangsa dan formalisme agama, korupsi yang merata dari pusat hingga daerah, kemiskinan, pengangguran, premanisme, ketidakadilan genderj dan kekerasan dalam rumah tangga, serta masalah narkotika dan obat terlarang (Philips Tangdilintin, 2008:39-68).

Oleh karena itu, pemuda gereja perlu memelihara sense of crisis agar mampu membangun solidaritas sosial dan tidak terbuai dengan kenikmatan sesaat yang ditawarkan oleh kemajuan zaman yang semakin kapitalistik. Secara khusus, solidaritas pemuda gereja perlu dibangun untuk menangani depressi yang dialami oleh kaum muda karena tingkat pengangguran yang setiap tahun meningkat. Pada tahun 2003, misalnya dari 100 juta angkatan kerja, terdapat sekitar 40 juta penganggur; pada tahun 2006 melonjak menjadi 10,8 %. Angka itu cenderung akan semakin meningkat pasca kenaikan harga BBM. Beban ekonomi rakyat yang sedemikian berat akan meningkatkan jumlah anak-anak putus sekolah, yang pada gilirannya menjadi anak-anak terlantar. Sebab, kemiskinan juga terus meningkat. Sebagaimana telah diingatkan oleh badan PBB, bahwa saat ini masih ada 1,5 milyar orang yang hidup dari 1 US dollar per hari. Kondisi di Indonesia sendiri, apabila mengikuti kriteria Bank Dunia, maka kemiskinan di Indonesia meliputi 108, 78 juta penduduk yang hidup dengan biaya kurang dari 2 US dollar per hari/per orang. Semua itu terjadi oleh karena kebijakan pembangunan nasional belum berpihak pada rakyat miskin, terutama petani, nelayan, dan buruh, melainkan berpihak kepada para kapitalis (Tangdilintin, 2008: 44-46).

Artinya, pemuda gereja tidak boleh terlena dengan hiruk pikuk agenda globalisasi yang kapitalistik, ataupun bingung di tengah jalan buntu oleh karena sulitnya mendapatkan pekerjaan. Tetapi pemuda gereja harus mampu mengembangkan diri sebagai agen pembaru (agent of change). Pemuda HKBP sudah waktunya mengembangkan diri sebagai pusat pencerahan dan ispirasi bagi banyak remaja dan pemuda yang terlena oleh daya tarik produk-produk era globalisasi. Oleh karena itu, panggilan pemuda HKBP untuk menghasilkan buah harus diterjemahkan dengan pemberdayaan kaum muda untuk mengembangkan kreativitas dan prakarsa pembangunan. Pemuda HKBP perlu mengorganiser diri secara sinergis untuk mengoptimalkan pembentukan kharakter pembaharu yang militan di tengah-tengah arus globalisasi. Sejarah mencatat bahwa revolusi dan reformasi besar biasanya terjadi melalui mobilisasi orang-orang muda yang mengalami pencerahan intelektual, politik dan spiritual, kemudian menyadari berbagai kelemahan ajaran dan kebijakan tradisional, yang menghambat kemajuan serta membelenggu kebebasan individu (Huntington, 2002:116,119).

Ketiga, menguatnya individualisme dan materialisme merupakan fenomena global yang perlu mendapat kajian pemuda gereja dalam mendisain pelayanan yang berdimensi spiritual. Artinya, gejala-gejala kehidupan bergereja di negara-negara kaya akan menjadi kenyataan yang tidak dapat ditunda dalam masyarakat kita pada abad ke-21 ini, di mana menguatnya individualisme bukan saja mempengaruhi sikap enggan mencampuri pribadi orang lain, tetapi lebih jauh dari situ, adalah semakin menguatnya keinginan untuk menentukan pilihan pribadi tanpa harus terbeban dengan penilaian orang lain, baik keluarga maupun masyarakat umum.

Peter Marber secara mendalam menganalisis fenomena bergereja di negara-negara kaya, bahwa penurunan secara drastis jumlah orang yang menghadiri kebaktian di gereja, terutama oleh orang-orang muda, adalah merupakan hasil dari suatu pilihan pribadi dari suatu masyarakat individualistik. Persentase orang Amerika yang dilaporkan datang ke gereja (beribadah) paling tidak satu kali satu bulan, ternyata turun dari 60 % pada tahun 1981 menjadi 55 % pada tahun 1998, bahkan dalam survey yang berbeda dalam 25 tahun ini agaknya penurunan sudah mencapai 10-12 %. Sedangkan di Australia, tingkat kehadiran orang beribadah turun dari 40 % pada tahun 1981 menjadi 25 % pada tahun 1998 (Peter Marber, 2003:98-99).

Di Indonesia, hal itu tidak mudah dianalisis, sebab secara kwantitatif jumlah jemaat yang beribadah di gereja tatap tinggi, namun bila dihitung dari total seluruh warga jemaat yang terdaftar, maka sebenarnya persentase jumlah warga jemaat yang tidak datang beribadah mungkin bekisar di antara 35-50 %. Adalah suatu fenomena umum di gereja-gereja kita, bahwa setelah pelajar katekisasi sidi (parguru manghatindangkon haporseaon) menyelesaikan kursusnya, maka sekitar 50-70 % tidak datang lagi ke gereja, memang sebagian karena melanjutkan studi ke luar daerah, tetapi di perantauan (tempat studinya) pun mereka tidak aktif lagi.

Ada indikasi yang kuat bahwa menurunnya semangat bergereja kaum muda, bukan saja karena faktor globalisasi yang merasuki kaum muda dengan roh individualisme dan materialisme, tetapi terutama oleh karena formalisme agama. Di mana penghayatan agama yang dangkal dan bersifat ritual-seremonial, tidak lagi dihayati sebagai nilai dan sikap hidup pribadi maupun umat Allah. Orang muda masih tetap datang ke gereja dengan jumlah yang signifikan, tetapi apa yang didengar dan dilakukannya di dalam ibadah sama sekali tidak mempengaruhi gaya hidup dan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, panggilan Tuhan untuk berbuah mestinya diterjemahkan juga dengan membina persekutuan pemuda HKBP yang dinamis dan intens mendalami relasi vertikal (kehidupan beriman) yang mendorong penguatan relasi horizontal (kehidupan sosial-kemasyarakatan). Artinya, kebaktian dan persekutuan pemuda HKBP hendaknya mendorong pemuda/i gereja semakin dekat kepada Tuhan, dan juga semakin dekat dengan sesama jemaat dan masyarakat sekitar.

Membina Pemuda yang Berbuah Lebat

Pergumulan dan peluang pemuda gereja masa kini yang digambarkan di atas menuntut suatu redefinisi dan reformasi pemuda gereja secara kontekstual. Sudah waktunya gereja memandang pemuda sebagai bagian integral dari persekutuan jemaat. Pemuda gereja bukan lagi sebatas the churchmen of tomorrow, melainkan juga sebagai komponen masa kini (the churchmen of today) yang memiliki hak dan tanggungjawab yang sama dengan orangtua atau anggota jemaat yang sudah berkeluarga. Secara ekklesiologis, jelas bahwa setiap orang yang telah naik sidi telah memiliki hak untuk ikut serta dalam perjamuan kudus, sebagai simbol dari kematangan spiritual untuk menghayati relasi vertikal di dalam kehidupan bersama orang-orang kudus dan lingkungan sekitarnya. Sebagaimana diserukan oleh kaum muda Australia pada suatu Youth Convention di Sydney, 1982: “Today is ours! The hope of today is in our hands. Give us our share of today and only then will we be ready to meet and shape the future.” “Hari ini adalah milik kami! Harapan hari ini terletak di tangan kami. Beri kami kesempatan berperan hari ini, dan hanya dengan cara itu kami akan siap menyongsong dan menaa hari esok.” (Tangdilintin, 2008:34). Artinya, apabila pemuda gereja diharapkan berbuah lebat, maka gereja tidak boleh tidak mesti memperlengkapi dan melatih pemuda gereja untuk memahami panggilannya sesuai dengan kharakter kaum muda di tengah-tengah tantangan globalisasi saat ini.

Pertama, pemuda gereja harus lebih konsern menanganai masalah penghayatan iman yang operasional, dalam arti tidak cukup lagi pendalam alkitab yang bersifat intelektual semata, melainkan mampu memahami kehendak Tuhan dari lubuk hati yang terdalam. Secara intelektual bisa saja orang muda menganggap bahwa adat dan budaya Batak sebagai warisan nenekmoyang yang tidak relevan lagi dengan pergumulan gereja masa kini. Namun, justru Kristus sendiri memenuhi panggillan-Nya di tengah-tengah dunia ini bukan saja mengapresiasi adat dan budaya nenekmoyang-Nya, tetapi turut ambil bagian dalam memelihara adat dan budaya bangsa-Nya untuk kesejahteraan semua orang. Spiritualitas kita yang sesungguhnya baru akan menjadi jelas ketika kita mengambil sikap dan respon yang baik dan tepat atas semua realitas kehidupan yang semakin hari semakin tidak sesuai dengan rencana agung penciptaan, yang “sungguh amat baik” (Kejadian 1:31).

Sesungguhanya, panggilan untuk berbuah dalam Yohanes 15:16 pertama-tama mengajak kita untuk memeriksa relasi kita dengan Kristus. Sebab, tanpa relasi vertikal yang benar dengan Kristus, maka pemuda gereja tidak akan mampu berbuah lebat. Sebagaimana dikatakan oleh Yesus: “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:4-5). Implikasinya adalah orientasi pembinaan harus diarahkan pada character building, melalui proses internalisasi nilai-nilai moral, kultural dan spiritual, sehingga akan lahir suatu generasi gereja yang memiliki kepribadai utuh, dalam arti menadari identitasnya sebagai warga masyarakat dan jemaat pada satu sisi, dan sebagai warga kerajaan sorga yang telah dikuduskan dan dipersekutukan di dalam Kristus pada sisi lain. Oleh karena itu, pemuda gereja harus mengembangkan persekutuan pembacaan/pendalaman Alkiab, tidak boleh lagi berkumpul hanya untuk latihan paduan suara, walaupun itu juga penting. Direktur Pembinaan Pemuda Gereja sudah harus memiliki program pendalaman iman di setiap wilayah pelayanan HKBP. Gereja juga harus secara terbuka mengkaji bentuk-bentuk kebaktian yang bersifat reflektif dan dapat menuntun pemuda menghayati imannya secaa atraktif dan meditatif. Rancangan kebaktian khusus kaum muda hendaknya mampu membangun kesadaran akan pentingnya persekutuan dan kebersamaan dengan jemaat, penghargaan dan kepercaan diri sendiri, dan memiliki komitmen yang kuat untuk menyaksikan imannya di tengah-tengah realitas kehidupannya sehari-hari. Artinya, di mana pun seorang pemuda HKBP berada dengan profesi apa pun, maka di sana ia mampu mengaktualisasikan diri sebai warga jemaat yang bertanggungjawab sebagai saksi Kristus.

Kedua, pemuda gereja yang berbuah lebat membutuhkan pelatihan yang menghasilkan ketaatan sebagai seorang sahabat. Menarik sekali memperhatikan di sini, bahwa ketaatan yang dimaksud bukan saja karena disiplin yang ketat, tetapi malah ketaatan yang didasarkan oleh kasih persaudaraan (philia). Di mana kasih seorang sahabat bukan saja menunjukkan solidaritas sosial yang tinggi, tetapi pengorbanan yang sempurna dengan menyerahkan nyawa sendiri. Kesediaan mengorbankan nyawa sendiri bagi seorang sahabat adalah gambaran dari pengosongan diri yang dilakukan Yesus ( Filipi 2:7-11). Artinya, kepribadian seorang pemuda gereja, yang sungguh-sungguh bersedia mengorbankan nawanya, sudah pasti bersih dari segala virus egoisme dan individualsme yang merasuki manusia pada zaman postmodern saat ini. Orang yang mampu mengorbankan nyawanya demi sahabat-sahabatnya adalah mereka yang tidak akan keberatan untuk memenuhi panggilannya secara all out, tuntas dan berkelanjutan.

Pemuda HKBP sudah waktunya merevitalisasi mottonya: “Masitangiangan, Masiurupan, Masihaposan.” Motto itu hanya akan bertumbuh dan operasional dalam persekutuan orang-orang yang benar-benar dipersatukan dalam Tubuh Kristus. Hanya di dalam Kristus orang Kristen umumnya, dan pemuda gereja khususnya dapat hidup sebagai komunitas yang saling mendoakan, saling membantu dan saling percaya. Di luar persekutuan dengan Kristus, pemuda gereja melihat sesamanya sebaagai saingan, yang harus dikalahkan, dan tidak dapat dipercaya. Oleh karena itu, pelayanan terhadap pemuda gereja pada dasarnya juga mesti dilakukan dengan sentuhan cinta kasih sebagaimana telah dilakukan oleh Yesus.

Pelayanan terhadap kaum muda acap kali mengalami kegagalan atau paling tidak jalan ditempat, oleh karena para majelis dan orangtua memandang pemuda gereja sebagai pembantu, yang dianggap anak bawang, dan belum layak dipercaya untuk tugas pelayanan jemaat. Pelayanan terhadap kaum muda tanpa cinta kasih akhirnya menjadi pelayanan asal jadi, tanpa orientasi yang jelas. Oleh karena itu, pemuda gereja yang diharapkan berbuah lebat mesti diberi kepercayaan dan tanggungjawab untuk mengeksplorasi segala potensi yang ada di dalam jemaat, serta mendorong mereka berperan sosial aktif. Gereja perlu mendorong pemuda untuk menumbuh-kembangkan kepekaan sosial politik, secara khusus memperjuangkan hak azasi manusia tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, bahasa, budaya dan agama mana pun.

Ketiga, panggilan untuk berbuah lebat bagi pemuda HKBP pada saat ini harus dipahami dalam konteks persahabatan lintas sosial budaya, di mana segala bentuk diskriminasi ditiadakan, sehingga hubungan sosial berlangsung sejajar dan penuh kasih persaudaraan. Persekutuan nir-subordinat tersebut berpusat pada Kristus. Di dalam Kristus semua orang berada pada jari-jari lingkaran yang sama dan sebangun. Eksistensi dan kiprah pemuda HKBP baru akan berdampak dalam perputaran roda kehidupan sosial politik apabila semua anggota sama-sama bergerak dalam pelayanan yang saling membangun (masiurupan) di dalam poros pelayanan gereja secara institusional. Oleh karena itu, pemikiran yang memandang pemuda HKBP membangun persekutuan dan pelayanan yang bersifat independen, seperti halnya organisasi pemuda sekuler sejenis KNPI, HMI atau GMKI sekalupun, bukanlah yang dimaksudkan oleh Yesus. Sebab, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pemuda gereja merupakan komponen gereja itu sendiri. Gereja sebagai perwujudan Tubuh Kristus di tengah-tengah dunia ini hidup dan berkarya dalam satu tubuh, satu roh, dan satu jiwa, termasuk di dalamnya pemuda.

Lebih jauh dari situ, persekutuan dan pelayanan pemuda mesti dilihat dalam konteks yang lebih luas meliputi persekutuan oikumenis. Sehingga pemuda gereja dalam semangat oikumenis yang saling menghormati tradisi denominasi masing-masing, dapat mengembangkan pelayanan yang berpihak pada pemberdayaan kaum lemah dan marjinal, terutama di daerah pedesaan dengan masyarakat agraris yang belum sungguh-sungguh mendapat perlindungan pemerintah. Sehubungan dengan itu, ada dua hal yang mesti disadari dan direspon secara teologis alkitabiah, yaitu pada satu sisi globalisasi memberikan signal yang kuat terhadap pemahaman oikumenis yang lebih luas dan terbuka, di mana masyarakat Kristen di berbagai belahan dunia cenderung melepaskan diri dari berbagai ikatan tradisi denominasional. Sehingga, suatu ketika kita tidak akan terkejut melihat pelayanan lintas denominasi semakin eksis, dan itu dapat menimbulkan gangguan psikologis bagi gereja-gereja aliran utama yang dominan selama dua abad terakhir. Memang, gerakan oikumenis seperti itu lebih terpusat pada masyarakat metropolis, di mana akses terhadap media dan komunikasi relatif lebih intens. Namun, jelas bahwa arus terhadap gereja non-denominasi seperti itu dapat menguat di tengah-tengah peradaban global abad 21.

Pada sisi lain, globalisasi yang merambah sampai kepada pelosok-pelosok melalui jaringan komuniasi dan media, bahkan juga dengan kapitalis yang berkiprah dalam agrobisnis organik, memberikan signal yang kuat terhadap benturan tradisi yang dapat mengendurkan nilai-nilai lokal. Oleh karena itu, pemuda gereja perlu memberikan penyadaran terhadap pentingnya nilai-nilai tradisional sebagai simbol identitas bangsa yang dapat digali untuk menjawab tantangan zaman. Masyarakat petani di pelosok-pelosok perlu mendapat pendampingan untuk mengembangkan pertanian organik, yang memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sistem pertanian dengan pupuk kimia. Masyarakat global yang sadar akan bahaya makanan produk kimiawi akan mencari produk organik, sebab masalah harga secara otomatis tidak akan menjadi persoalan, harga komiditas sudah dipercayakan sepenuhnya kepada pasar bebas.

Kedengarannya, isu terakhir ini kurang populer bagi kaum muda yang cenderung melirik pusat-pusat kota metropolitan sebagai tempat yang menjanjikan masa depan yang sejahtera. Namun, justru itulah tantangan pemuda gereja, dan masalah spiritualitas pemuda gereja tidak lepas dari komitmennya terhadap pemberdayaan petani dan nelayan, yang sampai hari ini belum mendapat perhatian yang memadai dari pemerintah. Kebijakan ekonomi kita belum sungguh-sungguh berpihak kepada petani dan nelayan, sebagaimana dapat dilihat dari derasnya impor produk pertanian yang menjatuhkan harga jual produk para petani lokal. Sudah waktunya spiritualitas pemuda gereja diuji kualitasnya dengan seberapa besar berkat yang dapat diberikannya untuk membawa petani dan nelayan Indonesia menikmati kehidupan yang damai dan sejahtera.

Pemuda gereja dapat mengikuti jejak saudara kita dari Gereja-gereja Reform yang telah merumuskan sebuah janji iman yang disebut dengan: Covenanting for justice, yang salah satu statemennya mengatakan, bahwa “kita percaya bahwa Allah memanggil kita untuk berdiri disamping para korban ketidakadilan. Kita tahu bahwa kita diminta oleh Allah untuk melakukan keadilan, cinta kasih, dan jalan yang benar di hadapan Allah (Mikha 6:8). Kita dipanggil oleh Allah untuk melawan segala bentuk ketidakadilan dalam ekonomi dan pengrusakan lingkungan, sehingga keadilan dapat mengalir seperti air dan kebenaran seperti sungai (Amos 5:24). Oleh karena itu, kita menolak semua teologi yang mengatakan bahwa Allah hanya berpihak pada yang kaya, dan kemiskinan adalah akibat kesalahan dan kemalasan orang miskin. Kita menolak segala bentuk ketidakadilan yang menghancurkan hubungan yang baik antar jender, ras, strata sosial dan kecacatan. Kita menolak semua teologi yang menekankan bahwa kepentingan manusia diatas kepentingan alam (Seong-Won Park, 2005:189).

Bahan bacaan:

1. Beyer, Ulrich Berani Tampil Beda, BJU, Medan, 2005.

2. Bluck, John., Evervyday Ecumenism - Can You Take The World Church Home?, WCC Publication, Geneva, 1987.

3. Huntington, Samuel P., The Clash of Civilizations And The Remaking of World Order, Simon & Schuster Australia, Sydney, 2002.

4. Marber, Peter., Money Changes Everything, How Global Prosperity Is Rehsaping Our Needs, Values, and Lifestyles, Financial Times (FT) Prentice Hall, New Jersey, 2003.

5. Park, Seong-Won. (Guest Co-editor), “Covenanting for Justice: the Accra Confession”, dalam Reformed World, Volume 55, September 2005.

6. Rauchfuss, Sonja., “Youth and neoliberal globalization: a German perspective,” dalam Reformed World, Volume 56, March 2006.

7. Stott, Jhon., Isu-Isu Global Menantang Kepemimpinan Kristen, Penilaian Atas Masalah Sosial dan Moral Kontemporer, YKBK/OMF, Jakarta, 1994.

8. Tangdilintin, Philips, Pembinaan Generasi Muda, dengan proses manajerial VOSRAM, Kanisius, Yogyakarta, 2008.



[1] Generasi muda fundamentalis akan cenderung membalaskan kegagalan masa lalu dengan berbagai tindak kekerasan, seperti terorisme yang merugikan dalam segala hal, termasuk merugikan bagi agama pelakunya. Analisis Huntington tidak dapat dibantah, sebab fakta menunjukkan bahwa mereka yang terlibat dengan jaringan terorisme internasional yang sangat rapi dan canggih, termasuk yang beroperasi di Indonesia, ternyata adalah generasi muda dengan intelektualitas dan mobilitas tinggi, tetapi tidak memiliki arah dan tingkat pertumbuhan spiritual yang baik dan konstruktif. Pertumbuhan Islam secara demografis dan kebangkitan Islam sebagai salah satu akibat dari kemunduran budaya barat (warisan kekristenan), menurut Huntington merupakan faktor utama yang menimbulkan berbagai konflik dengan umat beragama lain.

[2] Pemuda HKBP perlu mengantisipasi pengaruh luas dari neoliberalisme dalam berbagai sektor, yang semestinya menjadi pusat pembentukan moral dan spiritual masyarakat, tetapi kemudian diubah menjadi komoditi yang berorientasi keuntungan ekonomik. Pengaruh neoliberalisme terhadap kaum muda, terutama melalui perubahan ekonomi, ketidakseimbangan demografis, dan pluralisme budaya. Perubahan ekonomi, misalnya dapat diamati melalui penggunaan telepon seluler, internet dan video game. Saat ini para remaja dan pemuda, mulai dari yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama hingga Mahasiswa, merupakan kelompok pengguna telepon selular, video game, dan internet yang paling tinggi. Ini merupakan fenomena global, yang dijumpai hampir di semua negara, terutama di negara-negara kaya. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan terhadap kaum muda di Jerman, terbukti bahwa persentase kelompok usia 15-25 tahun merupakan kelompok umur yang secara reguler menggunakan komputer, internet dan video game, dan ternyata sejak tahun 1997 meningkat dua kali lipat dari 21 % menjadi 43 %. Malahan disebutkan, bahwa 80 % pemuda di Jerman secara reguler menggunakan mobile telephone. Penggunaan alat komunikasi canggih dan akses informasi yang komprehensif seperti internet yang demikian tinggi, justru mempertegas individualisme dan kepelbagaian pilihan dan sikap kaum muda di Jerman.