Selasa, 13 Januari 2009

Pdt WTP Simarmata MA: Roda Sejarah akan Menggilas Orang yang Halangi Propinsi Tapanuli

Medan (SIB)
Perayaan Natal Harian “Sinar Indonesia Baru” (SIB) di gedung SIB berlangsung meriah dan penuh sukacita, Sabtu (20/12).
Natal tersebut diikuti semua unsur pimpinan termasuk Pak GM dan ibu, Pemimpin Usaha Netty Panggabean, dan semua wartawan dan karyawan SIB, termasuk karyawan Percetakan PT Sere Megawati dan PT Surya Toba Tour & Travel, Wakil Pemimpin Umum SIB Ir GM Chandra Panggabean tak bisa hadir karena berada di Jakarta urusan Protap dan Pemred SIB GM Immanuel Panggabean BBA juga tak bisa hadir karena berada di Siborongborong mempersiapkan lokasi tempat Perayaan Natal Bersama Sumut 2008 27 Desember nanti.
Perayaan Natal ini diselenggarakan oleh dan untuk keluarga besar SIB sendiri, mulai dari liturgi, paduan suara, vocal group sampai kepada pelayanan makan bersama, dilakukan oleh karyawan-karyawati SIB sendiri.
Liturgi bukan hanya diikuti karyawan administrasi tetapi juga para redaktur, wartawan SIB di Medan dan yang datang dari luar kota, sedang penyalaan lilin Natal dilakukan, selain oleh Bapak pendeta pengkhotbah Pdt WTP Simarmata MA, Pak GM dan Ibu, Netty, juga oleh yang mewakili semua unit dan Korda SIB.
Seperti terjadi setiap tahun, pada Natal SIB 2008 ini pun, diadakan liturgi memberitakan kelahiran Yesus Kristus dalam ragam bahasa, mulai bahasa Indonesia, Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak, Nias, juga bahasa Inggris, China dan … bahasa Arab.
Ratusan peserta pesta Natal tak bisa menahan tawa, ketika wartawan SIB Frans Sihombing yang berpakaian Arab, berjenggot palsu, dengan postur tubuh yang pas, mengucapkan liturginya dalam bahasa Arab dengan fasih.
Di atas semua sukacita itu Ketua Umum Persatuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Sumut Pdt WTP Simarmata MA, yang hadir bersama istri, telah memberi makna rohani kepada perayaan Natal SIB ini, dengan khotbahnya yang sangat bernas, seperti dikutip dari rekaman, di bawah ini.
Khotbah Renungan Natal SIB 2008 oleh Pdt WTP Simarmata MA
Ibu, bapa, saudara yang dikasihi Tuhan secara khusus keluarga besar Harian Sinar Indonesia Baru, PT Sere Megawati dan PT Surya Toba Travel. Kita dengarkan Firman Tuhan yang menjadi thema Natal ini dari Lukas 4:43 “Aku harus memberitakan injil Kerajaan Allah Sebab Untuk itulah Aku Diutus”. Hari ini kita merayakan Natal hari kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Tidak ada benua di seluruh dunia yang tidak merayakannya. Bahkan tadi kita dengar Bahasa Arab, dengan pilihan postur tubuh yang bersangkutan sangat pas memakai kostum itu. Inilah kebesaran Allah, tidak ada bangsa yang tidak memuliakan namaNya, selama advent dan saat Natal. Yang kita rayakan ini luar biasa dan semua orang tahu Nama itu, Ia luar biasa Dia manusia tapi Dia adalah Tuhan. Dia mati tapi Dia Bangkit dan Dia lahir di tempat yang sangat sederhana tapi orang-orang yang percaya kepada Dia menjadi orang yang sangat besar.
Dia tidak pernah sekolah secara formal tapi tak terhitung jumlah sekolah yang terinsipirasi oleh karena NamaNya. Dia tidak pernah membangun rumah sakit dan panti-panti asuhan sosial tapi tak terhitung rumah sakit yang dibangun oleh karena visiNya, memang manusia harus dimanusiakan, yang menderita harus ditolong. Ia tidak pernah menulis buku tapi tak terhitung jumlah buku di berbagai perpustakaan, jumlah majalah, bulletin, koran yang memberitakan namaNya, kebesaranNya, kemahakuasaanNya.
Ia tidak pernah menjadi pemberita pembawa kabar yang mendapat pelatihan-pelatihan, tapi gaya berbicara gaya berkhotbahNya menjadi bahan ajaran bagi setiap orang yang bertugas sebagai pekabar Injil, bagi penulis, penyair, kolumnis dan bagi banyak orang yang akan menyampaikan pesan-pesan penting. Dan, bukan hanya orang Kristen yang mengikutinya, banyak umat lain yang beragama lain yang mengikuti prinsip-prinsip kehidupanNya, nilai-nilai yang diajarkanNya. Mahatma Gandi meniru gaya hidup Yesus Kristus dalam menghadapi penjajah dengan apa yang disebut dengan Ahimsah, Swadesi, anti kekerasan. Sesuatu yang sangat luar biasa dalam dirinya, Dia datang justru datang dari sorga ke tengah-tengah dunia kita, ke tengah-tengah keseharian kita.
Natal ini memilih thema “Memberitakan Injil Kerajaan Allah.” Ada banyak pesan dari thema ini. Menjadi pemberita injil tentunya membutuhkan pelatihan, komitmen karena dilatih untuk memberitakan injil adalah wujud dari visi untuk melengkapi, memberdayakan, memampukan orang Kristen untuk menjadi pemberita Injil yang efektif yang cocok dengan zamannya.
Kalau ditanya siapa yang dilatih, tentunya semua warga, semua orang percaya. Kalau gereja dan umat Kristen tidak mampu mengartikulasikan Injil maka krisis besar Kekristenan akan terjadi. Ini yang dialami Eropah. Gereja lalai untuk mewariskan nilai-nilai itu sehingga terpaksa mereka harus ke pantai, nightclub ke gunung-gunung pada saat warga menikmati masa liburannya. Kita masih beruntung umat masih datang berbondong-bondong ke gereja.
Pada umumnya orang Kristen di Eropah tidak mampu lagi mengartikulasikan Injil. Inilah awal dari krisis besar itu. Padahal, Injil adalah kekuatan Allah untuk memampukan manusia. Injil adalah kekuatan Allah menyelamatkan, Injil adalah kekuatan umat manusia untuk mengatasi persoalan-persoalan kehidupannya. Sebab itulah Injil, memampukan kita untuk bermartabat, memampukan kita untuk hidup lebih wajar, memampukan kita untuk hidup lebih manusiawi. Gereja saat ini perlu mencatat hal itu agar warganya mampu mengkomunikasikan Injil pada dunia masa kini, yaitu dunia yang modern dunia yang maju dan warga gereja sangat rindu untuk itu, bersedia untuk itu. Mungkin lewat alat-alat komunikasi elektronik, media cetak bahkan lewat SMS yang setiap hari kita baca.Ini tugas semua orang, kita bersyukur karena harian ini memilih thema ini.
Apa kata Paulus tentang tugas ini, “Celakalah aku jika tidak memberitakan Injil.” Itu artinya setiap orang Kristen wajib memberitakan Injil, karena Injil adalah kabar baik dan berita keselamatan. Ini penting, karena memberitakan Injil bukan pilihan tapi kewajiban. Memberitakan Injil melekat dalam diri kita sebab celakalah apabila tidak memberitakan Injil.
Oleh karena itu, profesi memberitakan Injil tidak boleh kita katakan baiklah karena saya tidak diterima di sini, baiklah saya menjadi pekabar Injil. Menjadi pekabar Injil bukanlah pilihan tetapi kewajiban yang harus kita lakukan dan kerjakan. Dan, untuk itulah sesungguhnya Yesus datang ke dunia ini dan bahkan mati di salib untuk memberitakan itu. Karenanya, memberitakan Injil bukan tanpa tantangan bukan tanpa bahaya dan kalau Harian SIB memilih thema “Aku Harus Memberitakan Injil” ini memiliki implikasi Koran SIB bukan tanpa bahaya, bukan tanpa tantangan dan mungkin bukan tanpa konflik. Koran SIB sesuai dengan perjalanannya pernah mengalami tantangan dan bahkan cobaan yang berat tapi kita bersyukur SIB tidak tenggelam tidak karam. Bahkan, pendiri Koran SIB tetap tegar dan saat ini bersama-sama dengan kita.
Aku akan menjadi pemberita Injil, ini artinya jadilah saksinya. Dan hal ini harus diikuti oleh semua orang yang ikut di dalamnya. Apakah redaksi, koordinator-koordinator wilayah, wartawan, administrasi, keuangan, loper atau siapa pun itu, jadilah saksinya. Sebab itu adalah janji iman saat ini minimal satu tahun ini sebelum kita masuk Natal yang akan datang dengan thema yang baru. Aku harus memberitakan Injil!
Ketika kita menerima keselamatan itu, maka kita wajib memberitakan Injil kita wajib menyebarluaskan Injil, kita wajib menyampaikannya kepada orang lain. Dan jangan tunda dengan berbagai alasan dengan mengatakan,”Bagaimana mungkin saya menjadi pemberita Injil sebab saya kurang hafal ayat-ayat Alkitab. Bagaimanakah saya menjadi pekabar Injil sebab saya tidak tahu. Alkitab firman Tuhan dan lain-lain.”
Memberitakan Injil adalah kesaksian bukan harus di mimbar. Memberitakan Injil adalah menjadi saksi. Memberitakan Injil adalah membela yang lemah. Inilah yang dilakukan Koran SIB. Memberitakan Injil adalah mengasihi orang-orang di Panti Asuhan, memberitakan Injil memberi minum orang yang haus, memberi makan orang yang lapar, mengasihi orang yang menanggung persoalan kehidupan, korban bencana yang ada di penjara, orang sakit.
Bahkan dalam Lukas 4:18-19, teks yang dikutib Yesus dari Yesaya mengatakan, “Roh Tuhan ada padaku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tertawan dan penglihatan bagi orang buta, untuk membebaskan orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang,” Inilah Injil itu yang disebarkan luas ke seluruh penjuru dunia.
Ibu, Bapa, setiap hari pasti pegang Koran SIB. Pasti membacanya, ada tiga kata di atas halaman satu kata yang sangat luar biasa yang menjadi bagian dari Injil, yaitu motto SIB: Untuk Demokrasi, Untuk Persatuan, Untuk Pembangunan. Dengan pengaruhnya yang sangat besar, koran SIB akan mengawasi tiap kekuatan yang melawan demokrasi. Kehadirannya setiap hari tentunya Koran SIB akan melawan setiap gerakan yang melawan persatuan dan ide-ide yang ditulis dan diterbitkan tentunya membangun untuk menikmati kehidupan yang lebih baik yaitu pembangunan. Demokrasi adalah penghargaan kepada perbedaan, begitu juga Injil.
Persatuan adalah keutuhan yang tak boleh terpecah, begitu pula Injil. Sebab persekutuan diciptakan oleh Tuhan. Pembangunan adalah upaya untuk menikmati kehidupan yang lebih baik. Karena itu melalui pemberitaannya orang SIB melakukan pembelaan terhadap demokrasi, kepada persatuan dan pembangunan.
Kita yakin, bukan karena Pak GM orang Batak dan orang Kristen maka membela upaya pembongkaran gereja HKBP di Binjai, tapi karena demokrasi dan persatuan. Karena demokrasi itu penghargaan, itu visi harian SIB. Karena persatuan juga visinya maka SIB tidak membeda-bedakan, maka di dalamnya ada makna keutuhan. Bukan pembelaan soal izin pembangunan gereja HKBP Binjai Baru saja, tetapi juga rumah-rumah ibadah umat beragama lain seperti Mesjid, Vihara, rumah persaktian untuk Parmalim. Sebab, ibadah kepada Tuhan diberikan oleh Tuhan, keyakinan bukan pemberian manusia tetapi pemberian Tuhan. Tidak mungkin kita memanggil nama Tuhan sementara kita menjauhkan diri dari sesama. Tidak mungkin kita mendekati Tuhan, sementara kita menganggap orang lain lebih rendah, gereja lain lebih kecil, agama lain lebih tidak bermoral. Itulah Injil menghargai orang lain, menghargai segala yang bernafas dan semua ini ajakan kepada kita agar tindakan kita pun menghargai Injil.
Implikasi dari semua itu bahwa Koran SIB telah menjadi tempat mengadu bagi orang yang lemah khususnya bagi orang yang tak ada pembelanya. SIB tidak pilih kasih, tidak membedakan agama dan suku tetapi untuk bangsa dan masyarakat. Sebab memang benar yang kita layani adalah dunia bukan hanya gereja dan umat Kristen tetapi semua umat manusia.
Catatan penting dari thema ini adalah kerajaan Allah lebih luas dari gereja. Kerajaan Allah akan lebih luas dari bumi ini dan segala isinya, cakrawala, dan galaksi, itulah kerajaan Allah sementara gereja ada lokasinya ada lingkungannya. Karenanya gereja lebih kecil dari kerajaan Allah. Kalau kita memberitakan Injil kerajaan Allah, itu artinya luas sekali…luas sekali, ini sesuatu yang sangat luar biasa.
Dan injil kerajaan Allah itu adalah pembawa keselamatan, pembawa kehidupan, pembawa martabat, pembawa harkat kemanusiaan dan Injil itu adalah untuk orang lain. Injil adalah jawaban atas persoalan kehidupan, Injil dapat mengatasi berbagai persoalan lewat kemahakuasaan Allah.
Teks ini sangat manarik: tidak menghina orang lain adalah baik, tidak mencuri uang orang lain adalah baik, tidak merendahkan orang lain adalah baik, tidak mengambil makanan yang seharusnya untuk orang lain adalah baik, menghindari diri dari segala perbuatan jahat dan tercela adalah baik. Tetapi itu tidak cukup, meski tidak membunuh, tidak melakukan segala sesuatu yang merugikan orang lain. Tetapi kalau kita membiarkan orang lain dalam kesukaran dan dalam penderitaan padahal kita mampu menolongnya, itu juga adalah pembunuh. Ini bedanya nilai Kekristenan Kerajaan Allah dengan hukum duniawi.
Andaikan kita naik kapal di Danau Toba, kapal itu karam lalu ada papan satu lembar kita raih kita pergi, secara hukum itu benar. Tetapi membiarkan satu orang tenggelam itu bertentangan dengan Kekristenan. Memang berat, sangat sulit tetapi untunglah Tuhan itu maha kasih. Kurang-kurang sedikit dosa kita diampuni. Itulah kemahakuasaanNya. Rumah Allah selalu tersedia bagi setiap orang, maka datanglah!. Kasihnya lebih besar dari dosa apapun. KemahakuasaanNya lebih besar dari pelanggaran kita. Besar pun dosa kita, kasihNya lebih besar, besar pun persoalan kita tetapi kemahakuasaanNya lebih besar mengampuni kita. Karena itu, Injil kerajaan Allah tidak hanya kata-kata, tidak hanya prinsip, tidak hanya nilai-nilai tetapi Injil adalah tindakan, action. Injil juga adalah perbuatan bahkan Injil itu adalah pengorbanan untuk orang lain dan memang Yesus datang untuk orang lain.
Harian Sinar Indonesia Baru ini dipimpin oleh pendirinya yaitu Pak GM, yang memimpin sejak awal, sejak kecil dengan perjuangan pahit getirnya perjalanan hingga akhirnya besar. Saya bisa mengikuti semua itu sebab pada saat saya mahasiswa saya ikut di sini, pada waktu Pak Manapar Manullang pimpinan di Biro Siantar. Meja tulis saya masih saya simpan hasil dari tulisan-tulisan yang ada di koran SIB sejak dahulu. Pak GM putra Sumut tetapi menjadi tokoh nasional memiliki pendirian yang gigih, berjuang, berprakarsa dan pemberani. Ini filosofis. Saya sengaja sebutkan kata pemberani. Memang sukses itu seringkali datang pada mereka yang berani bertindak dan jarang sukses menghampiri orang penakut dan tidak berani mengambil konsekuensi.
Banyak tokoh-tokoh dunia yang berhasil mengatakan itu,. Keberanian mengambil keputusan pada saat-saat sulit Bill Gates, terkaya, terbanyak dana sosialnya tetapi terbanyak untungnya juga mengambil resiko saat memulai usahanya. Dia bukan sarjana yang lulus dari perguruan tinggi malah drop out tetapi apa rahasianya setiap jam 10 dia izinkan karyawannya untuk latihan spritual sesuai dengan agama masing-masing, apakah Kristen Katolik, Budha, Islam dan yang atheis dan bebas. Karena dengan itu mereka makin disiplin, menghargai waktu, makin jujur, makin menghargai pentingnya administrasi yang rapi dan produktivitas semakin tinggi dan keuntungan dia raih sebesar-besarnya.
Hal lain yang saya katakan, orang SIB pun dengan gigih memperjuangkan Propinsi Tapanuli. Keyakinan kita Propinsi Tapanuli pun pasti berhasil, kita pasti menikmatinya. Ini filosofis lagi, Siapapun yang merentangkan tangan menghentikan roda sejarah maka jari jemarinya akan hancur karena roda sejarah itu sendiri akan berlari kencang dan saatnya akan terjadi. Kalau kita memilih memberitakan injil semangat tak boleh kendor, semangat tidak boleh surut, kesuksesan selalu ada di depan. Tuhan memberkati. Amin. (M28/R1/f)

0 komentar: