Selasa, 13 Januari 2009

DR GM Panggabean: Kita Harus Bisa Setangguh Yesus

Medan (SIB)
Sebelum Gubsu menyampaikan kata sambutan, lebih dulu DR GM Panggabean mengucapkan pidato Natal, pada perayaan Natal Bersama Umat Kristen Sumatera Utara di Silangit Siborongborong yang berlangsung sangat meriah, Sabtu 27/12-08.
Di hadapan 50 ribu lebih massa peserta perayaan Natal, Pak GM berkata: “Puji Tuhan, ternyata Natal Sumut yang kedua ini tidak kalah meriah dari Natal Sumut pertama yang diselenggarakan di Stadion Teladan Medan tahun 2007 yang lalu”.
“Natal Sumut pertama, kita adakan di kota Medan, dan puluhan ribu orang datang berbondong-bondong dari desa”.
“Natal Sumut kedua ini, kita adakan di desa dan puluhan ribu orang datang berbondong-bondong dari kota. Sungguh menakjubkan”, kata Pak GM.
Perayaan Natal Bersama Umat Kristen Sumut yang kedua ini, menurut Pak GM,malah mempunyai kelebihan tersendiri. Yaitu adanya teleconference Presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono dengan Gubsu dan peserta Natal di Silangit.
“Lihatlah Sdra-Sdra, jika kita bersatu di hadapan Tuhan, berbagai rezeki, anugerah, bahkan mujizat-mujizat pun bisa datang kepada kita”, kata Pak GM.
Pak GM mengajak, agar Natal kita jadikan sumber kekuatan kita, untuk membuat kebaikan, damai dan kemajuan di Sum. Utara.
Dalam pidatonya Pak GM juga menyinggung Propinsi Tapanuli, yang sayang, belum juga terwujud. Gubsu H Syamsul Arifin SE sudah meneken rekomendasi pada bulan lalu, tapi DPRDSU belum, dan ini yang menjadi kendala.
“Sulit dipahami, apa untung mereka (DPRDSU itu) kalau rakyat Tapanuli miskin terus”, kecam Pak GM.
Dia pun mengingatkan, sudah 108 tahun umur kekristenan di Tapanuli, tapi baru hari inilah pertama kali di sini pernah diadakan pesta perayaan Natal bersama Umat Kristen se Sum.Utara yang diikuti berbagai denominasi Gereja.
“Terbukti kita bisa melakukannya!”
“Terbukti kita bisa bersatu!”
“Terbukti kita bisa bekerjasama!” seru Pak GM bersemangat.
“Maka omongkosong, kalau selama ini dikatakan, orang Batak atau orang Kristen tidak bisa bersatu”, tandas Pak GM.
Lebih lanjut Pak GM berkata: “Untuk dapat membangun Daerah Tapanuli ini, saya berpendapat, kita sangat membutuhkan Tuhan, Sdra-Sdra”.
“Mungkin ada yang bertanya, apa urusan Tuhan dengan pembangunan kesejahteraan daerah?” tanya Pak GM yang dijawabnya sendiri: ,,Saya kira ada. Bacalah Mazmur 147. Di sana disebutkan: Megahkanlah Tuhan dan pujilah Allahmu. Sebab Ia akan memberkati anak-anakmu dan memberikan kesejahteraan kepada daerahmu”.
Di bagian akhir pidato Natalnya, Pak GM mengatakan, sekarang kita telah menerima terang Natal. Marilah bersukacita. Bergembiralah. Berdoa dan teruslah berjuang! Lupakan segala derita dan kesusahan. Mari kita ciptakan damai di bumi, dimulai dari semua rumah tangga, dan di semua gereja, dan membersihkan segala noda yang ada.
“Saya percaya, Tuhan tidak akan meninggalkan umat Kristen di Indonesia ini, asal kita pun tidak meninggalkan-Nya, dan tetap percaya akan kuat kuasa Allah yang Mahakuasa”, kata Pak GM.
Pak GM berseru, kita harus bisa setangguh Yesus, dalam menjalani tahun 2009, baik dalam menghadapi krisis finansial global, maupun memperjuangkan terbentuknya Propinsi Tapanuli. Dengan Tuhan Yesus harapan selalu ada!
Pak GM juga mengharap, semoga Desa Silangit Siborongborong tempat perayaan Natal Sumut 2008 ini, yang letaknya dekat dengan langit, diberkati oleh Tuhan, desa ini kelak bisa terwujud menjadi ibukota Propinsi Tapanuli. (Isi lengkap pidato Natal Pak GM tersebut, dimuat di halaman 13).
DUA KALI SUKSES
Telah diberitakan, acara umum kata-kata sambutan ini, diadakan setelah selesai kebaktian Natal yang dilayani 3 Ephorus, 2 Bishop, Uskup Agung dan puluhan Pendeta Pimpinan-pimpinan Gereja baik level nasional maupun level lokal daerah Sumut.
Acara umum ini, diisi dengan penyambutan rombongan Gubernur Sum.Utara, Kapoldasu, Pangdam I/BB, Pimpinan DPRDSU, para anggota DPR/DPD, para Bupati/Walikota dan undangan lainnya, disusul dengan prosesi dan pagelaran budaya 9 multi etnis di Sum-Utara.
Kata-kata sambutan berturut-turut:
1. Laporan Ketua Umum Panitia: Ir GM Chandra Panggabean.
2. Ketua Umum FKKGSU: Pdt WTP Simarmata MA.
3. Bupati Tap. Utara: Torang L. Tobing.
4. Ketua Dewan Penasehat : DR GM Panggabean
5. Gubernur Sum.Utara : H Syamsul Arifin SE.
Ketua Umum Panitia Ir GM Ghandra Panggabean dalam laporannya mengatakan, Perayaan Natal Bersama Umat Kristen Sum.Utara 2008 yang kedua ini, mendapat dukungan penuh dari semua pimpinan Gereja-Gereja di Sum.Utara. Juga Bapak Gubsu, Kapoldasu, Pangdam I/BB dan Pimpinan DPRDSU memberi dukungan, sehingga acara perayaan ini dapat terlaksana dengan baik.
Duapuluh dari 28 Kabupaten/Kota telah mengirim “kontingennya” ke acara ini, yang difasilitasi para Bupati/Walikota yang bersangkutan. Bahkan ada rombongan dari Kabupaten yang jauh, seperti Langkat, Labuhanbatu dll. Selainnya datang berupa rombongan-rombongan dari Gereja-Gereja dari 28 kabupaten/kota di Sumut.
Pada perayaan Natal ini, ada juga pencanangan penanaman sejuta pohon oleh Gubsu, para pejabat daerah, para pimpinan Gereja dan tokoh masyarakat.
Juga ada pemberian cendramata, mengulosi para undangan utama. Sedang para penyanyi yang tampil secara bergantian mengisi acara hiburan, masing-masing Amsisi 2000 dengan personel Iran Ambarita - Tua Dorens Situmorang, Trio Lasidos (Bhuntora Situmorang, Jack Marpaung, Hilman Padang), Maria br Pasaribu (juara Mamamia Indosiar 2008), Trio Nauli Sister, Dewi Marpaung, Rita Butar-butar dan Roris Band asal Medan sebagai Band pengiring, serta Lamhot Sihombing dosen Unimed yang juga bertindak sebagai MC.
Yang istimewa, menurut Ir Chandra, akan ada teleconference antara Presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono dengan peserta Natal Sumut di Silangit, di mana Presiden akan berbicara dalam bahasa Batak dengan Gubsu H Syamsul Arifin SE.
Chandra juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Polri dan TNI yang telah memback-up penuh keamanan, juga diucapkannya terimakasih kepada Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli, yang telah menyediakan lahan kampusnya dijadikan tempat perayaan.
Seperti diketahui, Ir GM Chandra Panggabean sebagai Ketua Umum dan Pdt Dr Elim Simamora sebagai Sekum, dan kawan-kawannya, yang umumnya adalah orang-orang muda, telah dua kali dipercayakan menyelenggarakan Perayaan Natal Bersama Umat Kristen Sum.Utara, dan dua kali itu sukses.
Wartawan SIB melaporkan, acara perayaan Natal ini banyak mendapat pujian, misalnya lagu “Malam Kudus” dinyanyikan menggunakan 8 bahasa masing-masing Indonesia, Batak Toba, Simalungun, Karo, Angkola, Nias, Pakpak dan bahasa Inggris yang mengiringi penyalaan lilin.
BUMI SILANGIT CATAT SEJARAH
Ketum FKKGSU Pdt WTP Simarmata MA, dalam sambutannya mengatakan, bumi Silangit, Siborongborong, tepatnya kampus Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli (UNITA) telah mencatat sejarah dalam pergerakan Oikumene di Sumut.
Melalui Natal ini, kata dia, kita memahami bahwa Yesus Kristus datang ke dunia ini membawa damai bagi seluruh umat manusia. Melalui kelahirannya, Yesus datang mendamaikan manusia dengan Tuhan dan manusia dan sesamanya. “Tema Natal ini dapat menjadi petunjuk dan pedoman dalam kehidupan kita, berbangsa dan bermasyarakat, khususnya bagi mereka yang mementingkan diri sendiri dan kelompoknya”, kata dia.
Dikatakannya, selama ini kita telah tinggal dalam rumah bersama yakni, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam kerukunan, kedamaian dengan semangat persaudaraan. Namun, menurut dia, akhir-akhir ini “rumah” kita itu sepertinya dipenuhi dengan berbagai ketegangan bahkan krisis keberadaan negara sebagai rumah bersama tidak lagi dipahami dengan baik oleh sebagian warga. Berbagai benturan antar kelompok dalam masyarakat membuat sebagian warga tidak lagi menikmati hidup damai dan rukun. Berbagai kelompok tertentu berusaha menunjukkan kekuatan mereka di hadapan kelompok lain.
“Syukurlah di Sumatera Utara hal seperti itu belum terjadi dan tidak akan terjadi karena kita sedang dipimpin oleh seorang gubernur yaitu Bapak Syamsul Arifin, sahabat semua suku yang memahami dan menghargai kemajemukan”, ujar dia.
Pdt Simarmata berharap, ke depan segenap lapisan masyarakat akan makin mampu melihat perbedaan dengan cerdas bahwa kita sebagai bangsa diciptakan Tuhan berbeda karenanya tidak sama tetapi perbedaan itu adalah kekayaan bukan menjadi sumber konflik. “Adalah menjadi tugas kita bersama untuk menciptakan rasa aman dan damai bagi segenap warga bangsa kita tanpa membedakan suku, agama, ras dan affiliasi politik dan organisasi dan itulah Indonesia yang kita cita-citakan”, kata dia.
Dengan rasa aman dan damai itu, lanjut dia, warga masyarakat dapat menjalin relasi dengan warga masyarakat lainnya tanpa merasa tertekan, terancam dan dikucilkan. “Berbagai persoalan dapat diatasi melalui dialog untuk mencapai hidup damai dengan semua orang sehingga tidak akan ada kelompok yang main hakim sendiri atas kelompok lain”, tambahnya.
Melalui perayaan Natal itu, Pdt Simarmata mengajak kita mengalahkan kejahatan dengan kebaikan dan menghindari segala bentuk kekerasan. “Adalah menjadi tugas kita bersama untuk berusaha agar tidak ada ruang di mana kejahatan merajalela. Marilah kita bersatu padu menghadapi tantangan besar di depan yaitu, kemiskinan, kerusakan lingkungan hidup dan krisis ekonomi global. Menghadapinya adalah dengan bekerja keras dan hemat”, ajak dia.
Pada kesempatan itu, Pdt Simarmata juga menyampaikan terimakasih kepada Gubsu Syamsul Arifin SE, yang berkenan mencanangkan penanaman sejuta pohon bersama para pimpinan gereja.
BERSYUKUR
Bupati Taput Torang Lumban Tobing dalam kata sambutannya mengharapkan, perayaan Natal ini dapat menjadi momentum bagi kesatuan dan persatuan umat Kristiani khususnya dan masyarakat Sumatera Utara.
Ia juga berharap, seluruh umat Kristiani di Sumut dapat menjadi garam dan terang dunia sebagai pembawa kedamaian dan suka cita demi kemuliaan nama Tuhan serta menghayati misi Kristiani yang kita emban. “Kita bersyukur karena bona pasogit Tapanuli Utara yang memiliki beragam etnis, agama dan budaya tetap dalam suasana kondusif, aman, damai dan kerukunan umat beragama terjalin dengan baik sehingga persatuan dan kesatuan semakin kokoh”, kata dia.
Bupati juga menyampaikan terimakasih kepada DR GM Panggabean yang tetap memberikan perhatiannya dalam pembangunan di Taput dan Sumut, terutama dalam meningkatkan SDM melalui sektor pendidikan dengan dibangunnya UNITA di bumi Silangit, Siborongborong dan telah menjadi kebanggaan masyarakat Taput sekaligus sebagai aset bangsa. (Tim/R1/c)

Pdt WTP Simarmata MA: Roda Sejarah akan Menggilas Orang yang Halangi Propinsi Tapanuli

Medan (SIB)
Perayaan Natal Harian “Sinar Indonesia Baru” (SIB) di gedung SIB berlangsung meriah dan penuh sukacita, Sabtu (20/12).
Natal tersebut diikuti semua unsur pimpinan termasuk Pak GM dan ibu, Pemimpin Usaha Netty Panggabean, dan semua wartawan dan karyawan SIB, termasuk karyawan Percetakan PT Sere Megawati dan PT Surya Toba Tour & Travel, Wakil Pemimpin Umum SIB Ir GM Chandra Panggabean tak bisa hadir karena berada di Jakarta urusan Protap dan Pemred SIB GM Immanuel Panggabean BBA juga tak bisa hadir karena berada di Siborongborong mempersiapkan lokasi tempat Perayaan Natal Bersama Sumut 2008 27 Desember nanti.
Perayaan Natal ini diselenggarakan oleh dan untuk keluarga besar SIB sendiri, mulai dari liturgi, paduan suara, vocal group sampai kepada pelayanan makan bersama, dilakukan oleh karyawan-karyawati SIB sendiri.
Liturgi bukan hanya diikuti karyawan administrasi tetapi juga para redaktur, wartawan SIB di Medan dan yang datang dari luar kota, sedang penyalaan lilin Natal dilakukan, selain oleh Bapak pendeta pengkhotbah Pdt WTP Simarmata MA, Pak GM dan Ibu, Netty, juga oleh yang mewakili semua unit dan Korda SIB.
Seperti terjadi setiap tahun, pada Natal SIB 2008 ini pun, diadakan liturgi memberitakan kelahiran Yesus Kristus dalam ragam bahasa, mulai bahasa Indonesia, Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak, Nias, juga bahasa Inggris, China dan … bahasa Arab.
Ratusan peserta pesta Natal tak bisa menahan tawa, ketika wartawan SIB Frans Sihombing yang berpakaian Arab, berjenggot palsu, dengan postur tubuh yang pas, mengucapkan liturginya dalam bahasa Arab dengan fasih.
Di atas semua sukacita itu Ketua Umum Persatuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Sumut Pdt WTP Simarmata MA, yang hadir bersama istri, telah memberi makna rohani kepada perayaan Natal SIB ini, dengan khotbahnya yang sangat bernas, seperti dikutip dari rekaman, di bawah ini.
Khotbah Renungan Natal SIB 2008 oleh Pdt WTP Simarmata MA
Ibu, bapa, saudara yang dikasihi Tuhan secara khusus keluarga besar Harian Sinar Indonesia Baru, PT Sere Megawati dan PT Surya Toba Travel. Kita dengarkan Firman Tuhan yang menjadi thema Natal ini dari Lukas 4:43 “Aku harus memberitakan injil Kerajaan Allah Sebab Untuk itulah Aku Diutus”. Hari ini kita merayakan Natal hari kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Tidak ada benua di seluruh dunia yang tidak merayakannya. Bahkan tadi kita dengar Bahasa Arab, dengan pilihan postur tubuh yang bersangkutan sangat pas memakai kostum itu. Inilah kebesaran Allah, tidak ada bangsa yang tidak memuliakan namaNya, selama advent dan saat Natal. Yang kita rayakan ini luar biasa dan semua orang tahu Nama itu, Ia luar biasa Dia manusia tapi Dia adalah Tuhan. Dia mati tapi Dia Bangkit dan Dia lahir di tempat yang sangat sederhana tapi orang-orang yang percaya kepada Dia menjadi orang yang sangat besar.
Dia tidak pernah sekolah secara formal tapi tak terhitung jumlah sekolah yang terinsipirasi oleh karena NamaNya. Dia tidak pernah membangun rumah sakit dan panti-panti asuhan sosial tapi tak terhitung rumah sakit yang dibangun oleh karena visiNya, memang manusia harus dimanusiakan, yang menderita harus ditolong. Ia tidak pernah menulis buku tapi tak terhitung jumlah buku di berbagai perpustakaan, jumlah majalah, bulletin, koran yang memberitakan namaNya, kebesaranNya, kemahakuasaanNya.
Ia tidak pernah menjadi pemberita pembawa kabar yang mendapat pelatihan-pelatihan, tapi gaya berbicara gaya berkhotbahNya menjadi bahan ajaran bagi setiap orang yang bertugas sebagai pekabar Injil, bagi penulis, penyair, kolumnis dan bagi banyak orang yang akan menyampaikan pesan-pesan penting. Dan, bukan hanya orang Kristen yang mengikutinya, banyak umat lain yang beragama lain yang mengikuti prinsip-prinsip kehidupanNya, nilai-nilai yang diajarkanNya. Mahatma Gandi meniru gaya hidup Yesus Kristus dalam menghadapi penjajah dengan apa yang disebut dengan Ahimsah, Swadesi, anti kekerasan. Sesuatu yang sangat luar biasa dalam dirinya, Dia datang justru datang dari sorga ke tengah-tengah dunia kita, ke tengah-tengah keseharian kita.
Natal ini memilih thema “Memberitakan Injil Kerajaan Allah.” Ada banyak pesan dari thema ini. Menjadi pemberita injil tentunya membutuhkan pelatihan, komitmen karena dilatih untuk memberitakan injil adalah wujud dari visi untuk melengkapi, memberdayakan, memampukan orang Kristen untuk menjadi pemberita Injil yang efektif yang cocok dengan zamannya.
Kalau ditanya siapa yang dilatih, tentunya semua warga, semua orang percaya. Kalau gereja dan umat Kristen tidak mampu mengartikulasikan Injil maka krisis besar Kekristenan akan terjadi. Ini yang dialami Eropah. Gereja lalai untuk mewariskan nilai-nilai itu sehingga terpaksa mereka harus ke pantai, nightclub ke gunung-gunung pada saat warga menikmati masa liburannya. Kita masih beruntung umat masih datang berbondong-bondong ke gereja.
Pada umumnya orang Kristen di Eropah tidak mampu lagi mengartikulasikan Injil. Inilah awal dari krisis besar itu. Padahal, Injil adalah kekuatan Allah untuk memampukan manusia. Injil adalah kekuatan Allah menyelamatkan, Injil adalah kekuatan umat manusia untuk mengatasi persoalan-persoalan kehidupannya. Sebab itulah Injil, memampukan kita untuk bermartabat, memampukan kita untuk hidup lebih wajar, memampukan kita untuk hidup lebih manusiawi. Gereja saat ini perlu mencatat hal itu agar warganya mampu mengkomunikasikan Injil pada dunia masa kini, yaitu dunia yang modern dunia yang maju dan warga gereja sangat rindu untuk itu, bersedia untuk itu. Mungkin lewat alat-alat komunikasi elektronik, media cetak bahkan lewat SMS yang setiap hari kita baca.Ini tugas semua orang, kita bersyukur karena harian ini memilih thema ini.
Apa kata Paulus tentang tugas ini, “Celakalah aku jika tidak memberitakan Injil.” Itu artinya setiap orang Kristen wajib memberitakan Injil, karena Injil adalah kabar baik dan berita keselamatan. Ini penting, karena memberitakan Injil bukan pilihan tapi kewajiban. Memberitakan Injil melekat dalam diri kita sebab celakalah apabila tidak memberitakan Injil.
Oleh karena itu, profesi memberitakan Injil tidak boleh kita katakan baiklah karena saya tidak diterima di sini, baiklah saya menjadi pekabar Injil. Menjadi pekabar Injil bukanlah pilihan tetapi kewajiban yang harus kita lakukan dan kerjakan. Dan, untuk itulah sesungguhnya Yesus datang ke dunia ini dan bahkan mati di salib untuk memberitakan itu. Karenanya, memberitakan Injil bukan tanpa tantangan bukan tanpa bahaya dan kalau Harian SIB memilih thema “Aku Harus Memberitakan Injil” ini memiliki implikasi Koran SIB bukan tanpa bahaya, bukan tanpa tantangan dan mungkin bukan tanpa konflik. Koran SIB sesuai dengan perjalanannya pernah mengalami tantangan dan bahkan cobaan yang berat tapi kita bersyukur SIB tidak tenggelam tidak karam. Bahkan, pendiri Koran SIB tetap tegar dan saat ini bersama-sama dengan kita.
Aku akan menjadi pemberita Injil, ini artinya jadilah saksinya. Dan hal ini harus diikuti oleh semua orang yang ikut di dalamnya. Apakah redaksi, koordinator-koordinator wilayah, wartawan, administrasi, keuangan, loper atau siapa pun itu, jadilah saksinya. Sebab itu adalah janji iman saat ini minimal satu tahun ini sebelum kita masuk Natal yang akan datang dengan thema yang baru. Aku harus memberitakan Injil!
Ketika kita menerima keselamatan itu, maka kita wajib memberitakan Injil kita wajib menyebarluaskan Injil, kita wajib menyampaikannya kepada orang lain. Dan jangan tunda dengan berbagai alasan dengan mengatakan,”Bagaimana mungkin saya menjadi pemberita Injil sebab saya kurang hafal ayat-ayat Alkitab. Bagaimanakah saya menjadi pekabar Injil sebab saya tidak tahu. Alkitab firman Tuhan dan lain-lain.”
Memberitakan Injil adalah kesaksian bukan harus di mimbar. Memberitakan Injil adalah menjadi saksi. Memberitakan Injil adalah membela yang lemah. Inilah yang dilakukan Koran SIB. Memberitakan Injil adalah mengasihi orang-orang di Panti Asuhan, memberitakan Injil memberi minum orang yang haus, memberi makan orang yang lapar, mengasihi orang yang menanggung persoalan kehidupan, korban bencana yang ada di penjara, orang sakit.
Bahkan dalam Lukas 4:18-19, teks yang dikutib Yesus dari Yesaya mengatakan, “Roh Tuhan ada padaku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tertawan dan penglihatan bagi orang buta, untuk membebaskan orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang,” Inilah Injil itu yang disebarkan luas ke seluruh penjuru dunia.
Ibu, Bapa, setiap hari pasti pegang Koran SIB. Pasti membacanya, ada tiga kata di atas halaman satu kata yang sangat luar biasa yang menjadi bagian dari Injil, yaitu motto SIB: Untuk Demokrasi, Untuk Persatuan, Untuk Pembangunan. Dengan pengaruhnya yang sangat besar, koran SIB akan mengawasi tiap kekuatan yang melawan demokrasi. Kehadirannya setiap hari tentunya Koran SIB akan melawan setiap gerakan yang melawan persatuan dan ide-ide yang ditulis dan diterbitkan tentunya membangun untuk menikmati kehidupan yang lebih baik yaitu pembangunan. Demokrasi adalah penghargaan kepada perbedaan, begitu juga Injil.
Persatuan adalah keutuhan yang tak boleh terpecah, begitu pula Injil. Sebab persekutuan diciptakan oleh Tuhan. Pembangunan adalah upaya untuk menikmati kehidupan yang lebih baik. Karena itu melalui pemberitaannya orang SIB melakukan pembelaan terhadap demokrasi, kepada persatuan dan pembangunan.
Kita yakin, bukan karena Pak GM orang Batak dan orang Kristen maka membela upaya pembongkaran gereja HKBP di Binjai, tapi karena demokrasi dan persatuan. Karena demokrasi itu penghargaan, itu visi harian SIB. Karena persatuan juga visinya maka SIB tidak membeda-bedakan, maka di dalamnya ada makna keutuhan. Bukan pembelaan soal izin pembangunan gereja HKBP Binjai Baru saja, tetapi juga rumah-rumah ibadah umat beragama lain seperti Mesjid, Vihara, rumah persaktian untuk Parmalim. Sebab, ibadah kepada Tuhan diberikan oleh Tuhan, keyakinan bukan pemberian manusia tetapi pemberian Tuhan. Tidak mungkin kita memanggil nama Tuhan sementara kita menjauhkan diri dari sesama. Tidak mungkin kita mendekati Tuhan, sementara kita menganggap orang lain lebih rendah, gereja lain lebih kecil, agama lain lebih tidak bermoral. Itulah Injil menghargai orang lain, menghargai segala yang bernafas dan semua ini ajakan kepada kita agar tindakan kita pun menghargai Injil.
Implikasi dari semua itu bahwa Koran SIB telah menjadi tempat mengadu bagi orang yang lemah khususnya bagi orang yang tak ada pembelanya. SIB tidak pilih kasih, tidak membedakan agama dan suku tetapi untuk bangsa dan masyarakat. Sebab memang benar yang kita layani adalah dunia bukan hanya gereja dan umat Kristen tetapi semua umat manusia.
Catatan penting dari thema ini adalah kerajaan Allah lebih luas dari gereja. Kerajaan Allah akan lebih luas dari bumi ini dan segala isinya, cakrawala, dan galaksi, itulah kerajaan Allah sementara gereja ada lokasinya ada lingkungannya. Karenanya gereja lebih kecil dari kerajaan Allah. Kalau kita memberitakan Injil kerajaan Allah, itu artinya luas sekali…luas sekali, ini sesuatu yang sangat luar biasa.
Dan injil kerajaan Allah itu adalah pembawa keselamatan, pembawa kehidupan, pembawa martabat, pembawa harkat kemanusiaan dan Injil itu adalah untuk orang lain. Injil adalah jawaban atas persoalan kehidupan, Injil dapat mengatasi berbagai persoalan lewat kemahakuasaan Allah.
Teks ini sangat manarik: tidak menghina orang lain adalah baik, tidak mencuri uang orang lain adalah baik, tidak merendahkan orang lain adalah baik, tidak mengambil makanan yang seharusnya untuk orang lain adalah baik, menghindari diri dari segala perbuatan jahat dan tercela adalah baik. Tetapi itu tidak cukup, meski tidak membunuh, tidak melakukan segala sesuatu yang merugikan orang lain. Tetapi kalau kita membiarkan orang lain dalam kesukaran dan dalam penderitaan padahal kita mampu menolongnya, itu juga adalah pembunuh. Ini bedanya nilai Kekristenan Kerajaan Allah dengan hukum duniawi.
Andaikan kita naik kapal di Danau Toba, kapal itu karam lalu ada papan satu lembar kita raih kita pergi, secara hukum itu benar. Tetapi membiarkan satu orang tenggelam itu bertentangan dengan Kekristenan. Memang berat, sangat sulit tetapi untunglah Tuhan itu maha kasih. Kurang-kurang sedikit dosa kita diampuni. Itulah kemahakuasaanNya. Rumah Allah selalu tersedia bagi setiap orang, maka datanglah!. Kasihnya lebih besar dari dosa apapun. KemahakuasaanNya lebih besar dari pelanggaran kita. Besar pun dosa kita, kasihNya lebih besar, besar pun persoalan kita tetapi kemahakuasaanNya lebih besar mengampuni kita. Karena itu, Injil kerajaan Allah tidak hanya kata-kata, tidak hanya prinsip, tidak hanya nilai-nilai tetapi Injil adalah tindakan, action. Injil juga adalah perbuatan bahkan Injil itu adalah pengorbanan untuk orang lain dan memang Yesus datang untuk orang lain.
Harian Sinar Indonesia Baru ini dipimpin oleh pendirinya yaitu Pak GM, yang memimpin sejak awal, sejak kecil dengan perjuangan pahit getirnya perjalanan hingga akhirnya besar. Saya bisa mengikuti semua itu sebab pada saat saya mahasiswa saya ikut di sini, pada waktu Pak Manapar Manullang pimpinan di Biro Siantar. Meja tulis saya masih saya simpan hasil dari tulisan-tulisan yang ada di koran SIB sejak dahulu. Pak GM putra Sumut tetapi menjadi tokoh nasional memiliki pendirian yang gigih, berjuang, berprakarsa dan pemberani. Ini filosofis. Saya sengaja sebutkan kata pemberani. Memang sukses itu seringkali datang pada mereka yang berani bertindak dan jarang sukses menghampiri orang penakut dan tidak berani mengambil konsekuensi.
Banyak tokoh-tokoh dunia yang berhasil mengatakan itu,. Keberanian mengambil keputusan pada saat-saat sulit Bill Gates, terkaya, terbanyak dana sosialnya tetapi terbanyak untungnya juga mengambil resiko saat memulai usahanya. Dia bukan sarjana yang lulus dari perguruan tinggi malah drop out tetapi apa rahasianya setiap jam 10 dia izinkan karyawannya untuk latihan spritual sesuai dengan agama masing-masing, apakah Kristen Katolik, Budha, Islam dan yang atheis dan bebas. Karena dengan itu mereka makin disiplin, menghargai waktu, makin jujur, makin menghargai pentingnya administrasi yang rapi dan produktivitas semakin tinggi dan keuntungan dia raih sebesar-besarnya.
Hal lain yang saya katakan, orang SIB pun dengan gigih memperjuangkan Propinsi Tapanuli. Keyakinan kita Propinsi Tapanuli pun pasti berhasil, kita pasti menikmatinya. Ini filosofis lagi, Siapapun yang merentangkan tangan menghentikan roda sejarah maka jari jemarinya akan hancur karena roda sejarah itu sendiri akan berlari kencang dan saatnya akan terjadi. Kalau kita memilih memberitakan injil semangat tak boleh kendor, semangat tidak boleh surut, kesuksesan selalu ada di depan. Tuhan memberkati. Amin. (M28/R1/f)